Logo

Tambak Garam Katup Gadis Mampu Produksi di Musim Penghujan

Reporter:,Editor:

Minggu, 20 October 2019 00:34 UTC

Tambak Garam Katup Gadis Mampu Produksi di Musim Penghujan

SISTEM TAMBAK. Tambak Garam dengan sistem on off Katup Gadis. Foto: Zulkiflie

JATIMNET.COM, Probolinggo – Petani garam di Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo memiliki cara inovatif dalam memproduksi garam berkualitas, serta tak terkendala musim penghujan.

Seperti inovasi yang dibuat Suparyono, salah seorang petani garam yang tergabung dalam Kelompok Petani Garam Kalibuntu Sejahtera 1. Inovasinya diberi nama Sistem On Off Katup Gadis atau Buka Tutup Garam Jadi Super.

Kepada Jatimnet.com, Suparyono mengatakan, sistem tersebut bisa menghasilkan garam berkualitas baik. Selain itu, produksi garam juga bisa dilakukan saat musim penghujan.

BACA JUGA: Pembangunan KEK Garam di Madura Butuh Investor

“Kelebihan sistem ini, sangat berguna saat musim penghujan. Saat hujan turun petani tak perlu khawatir kristalisasi garamnya gagal karena sudah ada payung yang akan menutupi lahan tambak garam,”ujar Suparyono, Sabtu 19 Oktober 2019.

Suparyono menjelaskan, untuk membuka payung katub gadis petani tinggal menarik tali yang terhubung dengan ujung payung. Saat ditarik secara otomatis payung yang berbahan plastik akan menutup lahan tambak garam.

Sebagai rangka payung, Suparyono mengaku memilih bahan bambu karena akan semakin kuat saat terkena air laut. Di samping itu, bahan bambu juga anti rayap dan masih terjangkau harganya. Ia mengklaim sistem katup gadis berbahan bambu miliknya mampu bertahan 3-4 tahun.

“Ide awalnya muncul karena ingin bisa produksi garam di musim hujan, sampai akhirnya ketemu sistem katup gadis ini,” ungkap Suparyono.

BACA JUGA: Produksi Turun, Petani Garam Probolinggo Gagal Panen

Menurutnya, saat musim kemarau pun sistem ini berfungsi cukup baik. Jika tambak garam konvensional kristalisasi baru dapat dilakukan pukul 08.00-09.00 WIB. Namun, dengan sistem katup gadis bisa lebih awal, yakni pukul 07.00 WIB sudah bisa dilakukan.

Suparyono menyebutkan, biaya membuat sistem katup gadis berbahan bambu sekitar Rp 2,5 juta untuk ukuran 4x30 meter persegi dan panen garam bisa dilakukan setiap 10 hari sekali dengan hasil 2-3 ton.

“Kelebihan lainnya dari sistem katup gadis ini, natrium klorida garam yang dihasilkan lebih tinggi sekitar 98,96. Dari tambak konvesional hanya sekitar 96,28. Sudah banyak daerah yang meniru sistem saya ini, mulai Rembang, Pati hingga Cirebon sudah ada yang menerapkannya,” tandas Suparyono.