Logo

Serap Tenaga Kerja di Era Pandemi, Budidaya Jangkrik Tetap Menarik

Pemkab Mojokerto Bantu Pengembangan Budidaya Jangkrik
Reporter:,Editor:

Rabu, 13 October 2021 09:40 UTC

Serap Tenaga Kerja di Era Pandemi, Budidaya Jangkrik Tetap Menarik

TERNAK JANGKRIK. Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawat meninjau kelompok tani peternak jangkrik di Dusun Kwangen, Desa Sidorejo, Kec. Jetis, Kab. Mojokerto, Rabu, 13 Oktober 2021. Foto: Karina Norhadini

 

JATIMNET.COM, Mojokerto – Sejumlah warga di Dusun Kwangen, Desa Sidorejo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, memilih beternak jangkrik di tengah pandemi Covid-19. Sebab, peternakan hewan famili gryllide ini justru tak terdampak selama pandemi.

Dari satu kilogram bibit telur jangkrik genggong seharga Rp180 ribu bisa menghasilkan 1,5 sampai 2 kwintal hewan yang berkerabat dekat dengan belalang ini dengan hasil sekali panen mencapai Rp2,8 juta.

Selain keuntungan yang besar, masa panen cukup singkat antara 24 sampai 25 hari saja sehingga semakin membuat warga memanfaatkan usaha ini sembari menunggu masa cocok tanam. Hampir sebagian besar mata pencaharian mereka sehari-hari bertani.

"Potensinya sangat bagus sekali, mudah dilakukan untuk semua pemula. Masa panen membutuhkan waktu yang sedikit dari 0 sampai 24 hari atau 25 hari sudah bisa panen," ucap Firma Hadi, 51 tahun, Rabu, 13 Oktober 2021.

BACA JUGA: Gegara Pandemi, Pemuda di Situbondo Sukses Beternak Musang

Pria yang sudah dua tahun menggeluti ternak jangkrik ini mengatakan cara memberi makan serangga sangat mudah, yakni menggunakan pakan unggas atau ayam sebagai makanan pokok dan sayuran sebagai konsumsi air dan serat.

Hanya saja, tak kalah penting adalah tingkat kestabilan suhu yang hangat, angin yang tidak terlalu berhembus. Sebab, hewan yang dijadikan makanan ekstra ataupun makanan tambahan untuk burung ini tak menyukai suhu dingin dan semilir angin. Mereka lebih memilih bersembunyi dan malas makan hingga menyebabkan kelaparan, lalu terjadilah kanibalisme.

"Cukup pagi sama sore saja dikasi (diberi) makan pokphand dan minum dari sayuran seperti daun dan batang pohon pepaya. Paling penting suhunya harus hangat, antara 36 derajat. Kalau kedinginan dia malas makan, terus sering sembunyi, jadi kelaparan dan saling makan antar jangkrik (kanibalisme)," katanya.

Melihat potensi ekonomi yang dialami lima kelompok tani peternak jangkrik di Kecamatan Jetis dan Bangsal meski pandemi, Pemkab Mojokerto memberikan dukungan bantuan berupa bibit telur jangkrik genggong, tempat bertelur jangkrik atau egg tray, dan konsentrat. Bantuan ini sebagai upaya percepatan pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

"Bantuan terhadap para peternak jangkrik ini adalah salah satu strategi yang kita ambil karena jual beli ini salah satu sektor yang tidak terdampak," ucap Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati saat mengunjungi salah satu peternakan jangkrik milik Suprianto, 52 tahun, di Desa Sidorejo, Kecamatan Jetis.

BACA JUGA: Ternak Ayam Kampung, Peluang Usaha Menjanjikan di Tengah Pandemi

Ikfina menyebut jangkrik yang juga dipercaya bisa meningkatkan kicauan burung karena kandungan proteinnya tinggi ini menjadi daya tarik sendiri untuk penggemar burung berkicau sehingga masyarakat masih menggemari pakan jangkrik.

Ini menjadi terobosan untuk bisa mengembangkan sektor usaha yang tidak terdampak dari Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 untuk Kabupaten Mojokerto.

"Bisa menciptakan tenaga kerja dan dimasukkan ke kelompok-kelompok ini. Ke depan kelihatannya ada peluang untuk bisa dikembangkan, tidak hanya sebagai pakan burung berkicau, tapi juga bisa diolah mungkin jadi tepung jangkrik. Atau bisa juga jadi santapan manusia untuk jangkrik tertentu karena proteinnya yang tinggi," kata Ikfina.

Namun, hal tersebut menurutnya harus bertahap dan perlu mendatangkan para ahli peternak jangkrik untuk melakukan inovasi budidaya jangkrik.

"Untuk itu, yang harus kita bantu dengan mencarikan bagaimana peluang usaha ternak jangkrik ini bisa berkembang dan bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi," katanya.