Gegara Pandemi, Pemuda di Situbondo Sukses Beternak Musang

Reporter
Zaini ZainRabu, 29 September 2021 - 11:00
Editor
Bruriy Susanto
Muhammad Ato’illah, seorang pemuda peternak musang menunjukan ternak musang di rumahnya
JATIMNET.COM, Situbondo - Anda termasuk penikmat kopi luwak? Seorang pemuda di Situbondo, Jawa Timur, mulai menekuni profesi baru yaitu penangkaran Musang alias Luwak yang biasanya digunakan memproduksi kopi luwak.
Muhammad Ato’illah, warga Desa Tanjung Glugur, Kecamatan, Mangaran, Kabupaten Situbondo, mulai tertarik menekuni penangkaran musang itu sejak pandemi Covid-19 sekitar Mei 2020. Ia memilih beternak musang karena sulitnya mencari lapangan kerja.
“Sejak 2017 saya memang sudah sudah memelihara musang jenis bulan (musang ekor putih), tapi mulai beternak atau melakukan penangkaran musang sejak ada pandemi ini,” katanya, Rabu, 29 September 2021.
Atok, sapaan akrab Muhammad Ato’illah, memiliki tiga jenis musang di rumahnya yaitu jenis musang Pandan, Rase dan Musang Bulan. Biasanya musang pandan dan musang bulan yang dipergunakan memproses kopi luwak. Kopi dikasihkan ke musang sehingga mengalami fases dan menjadi kopi luwak.
Baca Juga: Bupati Situbondo Blusukan Ajak Masyarakat Ikut Vaksinasi
“Kalau saya tidak memproduksi kopi luwak, disini cuma penangkaran aja. Setelah musang beranak baru saya jual melalui online,” ujar pemuda berusia 20 tahun tersebut.
Atok, awalnya hanya punya empat ekor musang. Dari koleksinya itu kemudian terus beranak hingga saat ini menjadi 20 ekor. Beternak musang terbilang gampang-gampang susah. Peternak harus mengerti kapan waktunya luwak mau kawin termasuk saat akan melahirkan.
Biasanya, musang yang sudah birahi tinggal dikumpulkan dengan musang jantan. “Kalau sudah ingin kawin mirip seperti kucing. Saat musang birahi biasanya terus-terusan berbunyi. Setelah dikawinkan tiga bulan kemudian sudah lahir,” terangnya.
Saat ini, Atok sudah bisa menikmati hasil ternak musang. Setiap bulannya ia bisa meraup penghasilan Rp. 2 juta sampai 3 juta dari menjual anakan musang . Harga jual musang memang bervariasi tergantung jenis musangnya.
Baca Juga: Diskominfo Situbondo Uji Coba Deteksi Covid-19 Melalui Scan Barcode
Untuk anakan musang harganya mulai Rp. 400 hingga 1,5 juta. Biasanya, harga musang bulan lebih mahal karena bulunya lebih menarik. “Saya menjual anakan musang setelah satu bulan sudah lepas dari induknya. Anakan musang biasanya dijual melalui jejaring komunitas maupun dijualnya secara online di media sosial,” katanya.
Bagi Atok memelihara musang sangat gampang dan tak memerlukan modal besar. Musang tidak perlu dibelikan makan pabrikan, melainkan cukup diberi pakan pepaya atau pisang. Susahnya, tidak semua musang langsung bisa beranak. Kalaupun bisa hamil belum tentu melahirkan dengan selamat.
“Kadang lahirnya itu harus di caesar ke dokter hewan dan harus bayar Rp 500. Itu pun masih belum tentu anakan yang dilahirkan akan hidup,” terangnya.
Atok mengaku akan terus mengembangkan usaha ternak musang di rumahnya. Baginya, beternak musang menjanjikan karena sudah bisa memenuhi kebutuhan ekonominya. Dengan koleksi 20 ekor musang, ia bisa mendapatkan penghasilan rutin setiap bulannya kisaran Rp. 2 juta hingga 3 juta.
“Ini berkah pandemi Covid-19, saya jadi suka beternak musang. Untuk saat ini masih belum banyak yang melakukannya. Kalau yang memelihara banyak, tapi yang beternak kayaknya di Kecamatan saya ini masih belum ada,” ujarnya.