Sabtu, 08 August 2020 09:00 UTC
JAJAN TRADISIONAL. Jedah, jajanan tradisional di Ponorogo yang menjadi kenikmatan saat dimakan malam hari. Foto: Gayuh.
JATIMNET.COM, Ponorogo – Jajanan tradisional yang saat ini sangat jarang dijumpai, salah satunya adalah jadah. Untuk mendapatkannya hanya dijumpai jika ada sebuah hajatan besar seperti halnya pernikahan.
Namun di Ponorogo ada pasangan suami istri (Pasutri) yang sudah tidak muda tetap mengenalkan jajanan tradisional Jadah ini. Mereka adalah Aman, berusia 63 tahun dan Sutini, usia 59 tahun yang sudah berjualan jadah di Komplek Pasar Jetis, Kabupaten Ponorogo sejak 2007 silam.
Aman menuturkan, ia sejak pagi bersama istrinya sudah mulai menyiapkan semua bahan yang akan dibuat Jadah. Seperti beras ketan putih, parutan kelapa, kemudian dimasak dengan cara dikukus dan ditumbuk. Dari proses tersebut, dalam pembuatan jadah memerlukan waktu dua hingga tiga jam sampai Jadah siap dihidang. Belum lagi mempersiapkan lapak yang akan digunakan untuk berjualan.
 
“Jadah ini saya sajikan dengan cara dibakar, dimakan bersama gula pasir putih akan menambah kenikmatan Jadah bakar ini,” tutur Aman, Sabtu 8 Agustus 2020.
Aman mengatakan, Jadah buatannya ini sudah berbentuk lembaran dengan harga merakyat dan bisa dinikmati semua khalayak. Per lembar Jadah cukup lima ribu rupiah saja. Ketika dibakar jadah akan dipotong menjadi enam potong. Pembeli pun bisa memilih berapa porsi Jadah bakar yang mereka inginkan.
Dengan dibakar sekitar sepuluh menit, banyak pelanggan yang memuji harumnya ketan dan gurihnya kelapa yang tersaji dalam bentuk jadah buatannya.
Bahkan untuk melengkapi Jadah bakarnya, aman juga menjual sajian minuman hangat berupa cemoe. “Biasanya kalau musim bediding (dingin) banyak sekali peminatnya,” kata Aman.
Warga Wonoketro ini mulai membuka lapak dagangannya sejak pukul 16.00 WIB sore di sebelah Barat perempatan pasar jetis dan buka setiap hari. “Biasanya saya buka sampai jam 11 malam, kalau Jadahnya masih ada,” imbuh Aman.
Ia mengungkapkan resep Jadah bakar ini ia peroleh secara turun-temurun. Sehingga ia menjamin rasa jadah bakar buatannya akan selalu sama dan kelembutan jadahnya akan selalu sama. “Untuk membakar Jadah saya tetap menggunakan cara tradisional, yakni arang dan sebuah anglo,” pungkas Aman.
