Rabu, 30 December 2020 03:40 UTC
PEMERIKSAAN. Sejumlah pelaku perjalanan menjalani rapid test antigen Covid-19 di rest area Tongas, Probolinggo, Senin, 28 Desember 2020. Foto: Zulkiflie/Dokumen
JATIMNET.COM, Surabaya - Sejumlah negara tengah dihebohkan varian baru Covid-19 yang muncul di Inggris. Indonesia telah melarang warga negara asing (WNA) masuk ke tanah air untuk mencegah mutasi gen dari virus SARS CoV-2 menyebar di dalam negeri. Jawa Timur melalui Satuan Tugas Covid-19 segera meningkatkan jumlah testing dan tracing sebagai langkah antisipasi.
Staf Khusus Rumpun Kuratif Satgas Covid-19 Jatim dr Makhyan Jibril Al-Farabi mengatakan, sampai Desember 2020 ini, sebanyak 86 laboratorium yang mampu melakukan testing Covid-19 dengan metode PCR. Namun enam diantaranya belum beroperasi.
"Enam ini sebenarnya alatnya sudah ada. Sudah kami kirim sebelumnya. Tapi seperti biasa, kalau SDM dan ruangannya belum siap, belum bisa beroperasi. Kami akan maksimalkan yang ada," ujar Jibril, Rabu 30 Desember 2020.
BACA JUGA: Terpapar Covid-19, Wali Kota Mojokerto Jalani Isolasi Mandiri
Saat ini, kata dia, kapasitas kemampuan testing mencapai 5.697 PCR tes per hari. Jumlah itu bisa dimaksimalkan menjadi 9.072 tes bila enam laboratorium itu sudah aktif beroperasi.
"Sebelumnya, bulan lalu, yang belum operasional ada 10 laboratorium. Sekarang tinggal enam. Yang sudah operasional akan kami tingkatkan. Memang kapasitas masing-masing tidak sama," ungkapnya.
Pihaknya menyebut juga akan memaksimalkan testing dengan metode rapid test antigen. Pemprov Jatim mendapat bantuan 150 ribu rapid antigen dari BNPB untuk bisa segera digunakan.
BACA JUGA: Masuk Probolinggo, Pelaku Perjalanan Diperiksa Rapid Test Antigen Covid-19
Jibril mengatakan, rapid tes antigen ini akan diprioritaskan untuk sejumlah tempat yang dinilai rawan. Terutama pintu masuk seperti penyeberangan dari dan menuju ke Bali.
Hasil tes sementara ini yang telah dilakukan, Tim Satgas Covid-19 Jatim belum menemukan adabya virus varian baru itu ke Jatim. Namun, Jibril memastikan telah berkordinasi dengan Institute of Tropical Desease (ITD) Unair untuk melakukan pengujian sequencing terhadap sejumlah virus yang ditemukan di wilayahnya.
"Yang bisa melakukan sequencing di Jatim hanya ITD. Sebabnya alat sequencing itu mahal, sampai puluhan miliar. Di Indonesia sangat terbatas yang bisa," kata dia.