Jumat, 29 August 2025 01:00 UTC
Sejumlah anak di Kabupaten Sampang saat menjalani pemeriksaan kesehatan di Posyandu. Foto: Dinkes Sampang
JATIMNET.COM, Sampang – Sebanyak 433 anak di Kabupaten Sampang dilaporkan terjangkit penyakit campak. Bahkan, satu di antaranya meninggal dunia setelah sempat menjalani pengobatan di Puskesmas.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes KB) Sampang Samsul Hidayat menyampaikan temuan jumlah anak yang mengidap campak terungkap berdasarkan laporan yang disampaikan masing-masing Puskesmas.
"Hingga Agustus 2025 sebanyak 433 anak dinyatakan suspek campak. Jumlah itu tersebar di 14 kecamatan se-Kabupaten Sampang, paling banyak di Kecamatan Camplong," kata Samsul, Jumat, 28 Agustus 2025.
BACA: KLB Campak di Indonesia Meningkat, Salah Satunya di Sumenep
Samsul menjelaskan kasus campak di Kota Bahari ini didominasi anak-anak berusia 1-4 tahun dengan jumlah total sebanyak 251 kasus.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya kasus campak, di antaranya karena perubahan cuaca dan anak belum diimunisasi.
Selama ini, masih banyak orang tua yang menolak anaknya untuk diimunisasi. Alasannya karena setelah diimunisasi anak menjadi demam.
Padahal, demam itu merupakan efek samping dari imunisasi yang dilakukan. Manfaat imunisasi sangat penting untuk kekebalan tubuh anak. Anak yang sudah diimunisasi akan kebal dari berbagai penyakit dan juga tidak mudah sakit.
BACA: Hari Kedua, Imunisasi Campak di Sumenep Capai 15,1 Persen dari 73.969 Sasaran
Samsul mengatakan untuk menekan penyebaran kasus tersebut, pemkab menggencarkan program imunisasi vaksin Measles-Rubella (MR) massal di tempat-tempat fasilitas Kesehatan, seperti Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu) di masing-masing wilayah.
"Program imunisasi massal ini juga dilakukan di sekolah dan di rumah-rumah warga dengan melibatkan Kader Posyandu," ujar Samsul.
Tim Kerja Surveilans dan Imunisasi Dinkes KB Sampang Esti Utami menambahkan pasien balita yang meninggal dunia akibat campak sebelumnya berada dalam pemantauan Puskesmas terkait status gizi buruk yang dialami pasien.
"Kondisi campak yang dialami pasien balita tersebut menjadi parah karena belum diimunisasi dan memiliki penyakit penyerta," kata Esti.