Logo
Khofifah Mantu

Prosesi Siraman, Ima Pakai Air dari Tujuh Sumber

Reporter:,Editor:

Kamis, 27 June 2019 11:17 UTC

Prosesi Siraman, Ima Pakai Air dari Tujuh Sumber

SIRAMAN. Patimasang menjalani proses siraman menggunakan air dari tujuh sumber. Foto: Ist

JATIMNET.COM, Surabaya - Prosesi siraman adat Jawa pernikahan putri sulung Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Patimasang, berlangsung di kediaman Jalan Jemursari VIII, Kamis 27 Juni 2019. 

Prosesi siraman berlangsung khidmat selama dua jam setengah. Ima, panggilan akrab Patimasang, memulai ritual dengan meminta restu kepada Khofifah pukul 13.00.

Usai meminta restu, Ima didampingi Khofifah dan putra keduanya, Jalaluddin Managali, keluar dari kediaman untuk melangsungkan siraman. 

Air yang digunakan siraman ini cukup istimewa. Pasalnya, air itu berasal dari tujuh mata air di Jawa Timur. Pembawa acara Siraman menyebut, tujuh air itu menandakan permintaan restu dari banyak orang. Tujuh air memiliki makna pitu pitulungan atau tujuh pertolongan. 

BACA JUGA: Kisah Cinta Ima, Fadil dan Ujian Baca Surah Fatihah

Tujuh mata air sumber itu, yakni, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Maulana Malik Ibrahim, dan Sunan Ampel. Kemudian dua sumber lain, dari air zam-zam dan Masjid Muayyat Wonocolo. 

Beberapa istri pejabat Forkopimda seperti Istri Kapolda, Pangdam, dan Kajati juga terlihat menyiramkan air ke calon mempelai wanita.

Kemudian diikuti para Nyai Jawa Timur yang turut menyiramkan air. Seperti Nyai Masykur Hasyim, Nyai Faridah Salahuddin Wahid, Nyai Masruroh Wahid, Nyai Mutammimah Hasyim Muzadi, dan Nyai Mahfudah Ubaid.

Usai melaksanakan prosesi siraman, Khofifah menjelaskan jika semua prosesi adat Jawa dalam pernikahan anaknya, sebagai upaya melestarikan budaya.

BACA JUGA: Khofifah Larang Undangan Beri Hadiah Pernikahan Putrinya

"Rangkaian adat kali ini cukup kental adat Jawa. Ada siraman, menurut yang menyiapkan diambil dari tujuh mata air. Lima dari wali di Jatim, dua di antaranya diambil dari sumber air rumah ini. Tapi karena tidak ada air, diambil dari Masjid Muayat," ujar Khofifah. 

Satu sumber air lagi adalah dari air zam-zam. "Ya, ini menjadi bagian dari mengenalkan kembali budaya Jawa kepada generasi kita saat ini. Supaya budaya ini terus lestari," ungkapnya. 

Selain siraman, rangkaian acara juga dilengkapi dengan pamasangan bleketepe, dan prosesi berjualan dawet yang menyimbolkan harapan agar pengantin mendapatkan rezeki yang melimpah di kemudian hari.