Rabu, 06 March 2019 14:38 UTC
Sekitar 11 Ogoh-ogoh dibakar setelah Tawur Agung, Rabu 6 Maret 2019. Foto-foto: Khoirotul Latifiyah.
JATIMNET.COM, Surabaya – Umat Hindu Surabaya menggelar pawai Ogoh-ogoh dengan mengingatkan kepada warga agar tetap damai dan membersihkan hati menyukseskan pemilihan umum (Pemilu) 2019. Mengusung tema Catur Brata yang mempunyai arti empat pengendalian diri.
“Pengendalian diri ini meliputi melindungi pandangan mata, membersihkan bagian dalam tubuh, menahan diri dari hawa nafsu, dan menghubungkan jiwa dengan Tuhan," kata Ketua Majelis Pariwisata Pusat Nyoman Sutantra usai pemberangkatan pawai Ogoh-ogoh di Kenjeran, Rabu 6 Maret 2019.
Empat Catur Brata yang diterapkan di Hari Nyepi yang jatuh pada 7 Maret bertepatan dengan Tahun Baru Saka (Caka) 1941 ini membawa pesan yang luar biasa, yaitu membersihkan alam dari berbagai kotoran, membersihkan diri dari makhluk jahat dan membersihkan hati kita dari sifat-sifat jahat.
BACA JUGA: Umat Hindu Tengger Bakar Ogoh-ogoh dan Doakan Pemilu Damai
Sutantra mengungkapkan menjelang pemilu ini hati harus bersih dari perkataan bohong, serta memilih dengan cerdas dan tepat. Selain itu para calon pemimpin harus mampu bersikap arif, bijaksana dan tindakannya harus adil demi kesejahteraan masyarakat.
“Kami berharap Pemilu 2019 masyarakatnya bisa menjadi pemilih yang damai dan tidak ada berita bohong yang dapat menyebabkan konflik,” katanya.

Menurutnya, inti dari perayaan Nyepi ini adalah Trikarana yang memiliki arti tiga kehidupan yang harmonis dengan Tuhan dengan bakti, hidup harmonis sesama manusia siapa pun dia, harmonis dengan alam.
Oleh karena itu, semua Ogoh-ogoh dalam pawai menyambut Nyepi ini adalah simbol kejahatan yang ada di dunia maupun dalam manusia. Untuk membersihkan alam dari sifat jahat digambarkan melakukan pembakaran Ogoh-ogoh selepas pawai.
BACA JUGA: Hari Raya Nyepi, Penyeberangan Selat Bali Tutup 31 Jam
“Pembakaran Ogoh-ogoh setelah pawai ini esoknya umat Hindu akan berpuasa menahan hawa nafsu, menjaga ketenangan diri dengan tidak sedih dan tidak senang yang biasa diibaratkan dengan air laut yang tenang,” kata Sutantra.
Perayaan ini dipercaya untuk membersihkan hati dari kesejahatan supaya hidup menjadi Santi yang mengandung makna damai, indah, adil dan sejahtera.
Dalam pawai ini terdapat 11 ogoh-ogoh besar dan satu kecil. Angka 11 ini memiliki arti kembar, dan melambangkan keharmonisan. Sedangkan 12 mengacu pada jumlah bulan dalam setahun. "Kami percaya bahwa 11 dan 12 ini adalah keharmonisan bagi umat hindu," katanya.