Logo

Permainan Tradisional Melatih Kecerdasan Anak

Reporter:

Kamis, 25 August 2022 23:40 UTC

Permainan Tradisional Melatih Kecerdasan Anak

Tepat di Hari Lahir Pancasila, 1 Juni, sejumlah siswi di SDN Purwotengah, Kota Mojokerto patah semangat untuk bermain zaman lampau, yakni klereng, Rabu 1 Juni 2022. Foto: Karin

JATIMNET.COM, Jakarta – Meski nyaris punah, permainan tradisional dinyatakan mampu melatih berbagai kecerdasan anak.“Kecerdasan fisik, kognitif, kreativitas, sosial emosional, moral, semua terpadu dalam kegiatan bermain bersama,” kata Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi alias Kak Seto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis dan dikutip dari Tempo.Co.

Pada permainan gobak sodor, misalnya yang dinyataan baik dalam mengasak kecerdasan anak. Permainannya dilakukan di lapangan bujur sangkar di mana tiap pemain harus berusaha melewati garis pembatas tanpa tersentuh lawan.

Hal ini membuat anak belajar mengasah logika karena harus memikirkan strategi agar bisa melewati halangan. Di sisi lain, anak juga harus berpikir kreatif dalam mengatur cara agar bisa mengecoh lawan dan berhasil melewati garis.

BACA JUGA : "Kopral" Ini Bikin Senyum Sumringah Anak-anak di Sekolah Soekarno Kecil

Kejujuran anak juga diuji lewat permainan tradisional, ketika memang disentuh oleh lawan, anak belajar untuk betul-betul mengaku kalah dan hal itu melatih kecerdasan moral. "Kalau kalah, tidak boleh ngambek, marah atau baper, itu kecerdasan emosional," kata Kak Seto.

Bermain di luar rumah sangat penting untuk anak agar mereka kembali menemukan dunia indah serta menyalurkan energi mereka lewat aktivitas fisik. Kak Seto menegaskan, bermain adalah hak anak untuk bisa tumbuh dan berkembang secara sehat.

Selain bermain aktif, ada juga bermain pasif di mana anak-anak terhibur lewat menonton televisi, pertunjukan teater atau melihat aneka hiburan lewat gawai. "Bermain pasif dan aktif sama-sama penting," kata dia.

BACA JUGA : Dinas Dikbud Madiun Ingin Ciptakan Aplikasi Permainan Tradisional pada Gawai

Dengan bermain, anak bisa meluapkan perasaan negatif sehingga terhindar dari depresi dan rasa frustrasi yang dapat membuat mereka terlibat perilaku menyimpang. Agar anak-anak lebih semangat bermain secara aktif, perlu partisipasi dari orangtua atau orang dewasa untuk aktif bermain karena anak adalah peniru ulung.

Bila orangtua lebih sering terlihat berfokus pada gawai, maka anak-anak pun akan cenderung malas untuk bergerak.