Logo

"Kopral" Ini Bikin Senyum Sumringah Anak-anak di Sekolah Soekarno Kecil

Permainan Masa Lampau Semarakkan Hari Lahir Pancasila di Kota Mojokerto
Reporter:,Editor:

Rabu, 01 June 2022 04:20 UTC

"Kopral" Ini Bikin Senyum Sumringah Anak-anak di Sekolah Soekarno Kecil

Tepat di Hari Lahir Pancasila, 1 Juni, sejumlah siswi di SDN Purwotengah, Kota Mojokerto patah semangat untuk bermain zaman lampau, yakni klereng, Rabu 1 Juni 2022. Foto: Karin

 

JATIMNET.COM, Mojokerto - Rasa kantuk rupanya tak membuat anak-anak di SDN Purwotengah, Kota Mojokerto patah semangat. Sejak ufuk fajar puluhan siswa sudah mempersiapkan diri untuk memacu rasa dan energi dengan "Kopral".

Tepat di hari lahir Pancasila 01 Juni, para penerus generasi bangsa Indonesia ini memilih mengenakan kaos berwarna putih, celana kain dan kopiah hitam. Bahkan sarung dikalungkan ke sebagian tubuh bak masa lampau anak-anak yang belum terkena gempuran digitalisasi dan internet.

Tak sedikit dari mereka yang memilih menyisihkan uang jajan untuk membeli sandal jepit agar bisa bermain dengan nyaman bersama kawannya. Lantaran, tak memiliki alas kaki yang sudah dipakai sejak ribuan tahun lalu dan tetap awet dikenakan hingga saat ini.

"Masih baru ini sandalnya (tersenyum), baru beli memang," kata Muhammad Yusuf, siswa kelas 5 dengan bangga saat menunggu giliran bermain di sekolah yang dulunya memiliki nama Sekolah "Ongko Loro", Rabu 1 Juni 2022.

Baca Juga: Ingin Anak Muda Tidak Melupakan Sejarah, Untag Gelar Pameran Lukisan Pancasila dan Bung Karno

Yusuf dan puluhan anak-anak yang bersekolah di tempat Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno menempuh pendidikan setingkat sekolah dasar di Kota Mojokerto, Jawa Timur ini, rupanya hanya ingin membahagiakan diri bersama teman-temannya dengan si " Kopral" di Hari Lahirnya Pancasila yang diperingati serentak bersama Presiden Jokowi secara virtual.

Kopral rupanya permainan tradisional yang sangat sederhana dan mudah dimana anak-anak senang memainkannya. Mereka harus saling bekerjasama, sebab kebersamaan menjadi kunci penting.

Hanya saja, permainan ini memang membutuhkan lahan yang sedikit luas karena terbagi menjadi dua tim. Di tengah-tengah area yang digunakan juga diletakkan lima batu kali atau pecahan genteng dalam posisi berdiri.

Baca Juga: Refleksikan Hari Lahir Pancasila, Pemanfaatan Teknologi Dibutuhkan Untuk Ketangguhan Bangsa

Tiap-tiap pemain juga memiliki batu kali atau pecahan genteng itu. Yah, tentunya untuk dilemparkan ke batu kali yang sudah diletakkan diantara tim untuk menyatakan ketentuan jarak yang variatif saat melempar tepat sasaran.

Kali ini, permainan yang acapkali dimainkan oleh anak-anak di Kota Surabaya juga dimainkan siswa-siswa SDN Purwotengah untuk menyambut Hari Lahir Pancasila (01 Juni 1945) yang ditetapkan Presiden Jokowi pada tahun 2016 silam.

Tepat di Hari Lahir Pancasila, 1 Juni, sejumlah siswi di SDN Purwotengah, Kota Mojokerto patah semangat untuk bermain zaman lampau, yakni klereng, Rabu 1 Juni 2022. Foto: Karin

Yusuf pun sudah sejak kemarin, mempersiapkan pecahan genteng sebagai alat utama dalam permainan yang membutuhkan lima orang dalam satu timnya. Tiap-tiap pemain memang diharuskan memiliki pecahan itu.

"Alatnya cuman ini saja (sembari menunjukkan pecahan genteng yang dibawanya), satu kali main ada lima orang. Terus gantian melempar, dan harus kena pecahan genteng yang didirikan di depan kami," ujarnya yang lebih menyukai permainan tradisional ketimbang game online.

Sebab ia merasa, main permainan tradisional lebih mengasikkan. Selain bisa bertemu dengan kawan-kawan sebayanya, tentu juga menguras energi yang cukup banyak hingga mengeluarkan keringat. "Lebih suka main kopral, bisa lari-larian. Ketemu teman-teman juga. Di rumah juga saya suka main ini," ujarnya antusias

Berbeda dengan Maxiliano, 5 tahun kawan sekelas Yusuf, ia tak memungkiri juga menyukai game online yang ada di gawai android dan semacamnya. Sebab, kondisi lingkungan rumahnya yang tak memiliki lahan cukup luas.

Baca Juga: Puan Maharani Harap Sosok Bung Karno Jadi Inspirasi Mengabdi pada Bangsa

"Aku suka dua-duanya. Main kopral sama main handphone juga. Kalau main kopral bisanya cuman di sekolah, jadi di rumah waktu senggangnya main game online," ucap Maxi sembari menunjukkan gawai yang dibawanya.

Namun, semangat nasionalisme tak akan luntur apalagi hilang terhadap Pancasila. Terpupuknya rasa Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan semboyan pada lambang burung Garuda terlihat jelas diantara mereka dengan latar belakang keluarga berbeda-beda pula.

Tapi semakin menjadi satu-kesatuan saat mengikuti perlombaan permainan tradisional "Kopral" yang diadakan Pemerintah Kota Mojokerto dalam memyambut bulan Bung Karno. Sekaligus memperingati Hari Lahir Pancasila di SDN Purwotengah atau dikenal Sekolah Soekarno.

"Senang pastinya bisa bermain ramai-ramai, dan juga bangga kami bersekolah yang dulunya ternyata Pak Soekarno pernah sekolah di sini. Pengenlah jadi seperti beliau pemimpin Indonesia," ucap kedua anak secara bersama-sama sesaat akan memainkan kopral di halaman sekolah yang saat ini sudah menjadi salah satu cagar budaya di Kota Mojokerto.