Rabu, 02 June 2021 01:00 UTC
Prof. Wardiman dalam Webinar Nasional Edugears (ujung kanan) saat melakukan webinar di Hari Lahir Pancasila, 1 Juni.
JATIMNET.COM, Surabaya - Pesatnya pertumbuhan teknologi, diungkapkan Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1993 - 1998 Prof. Wardiman Djojonegoro, masih dianggap negatif sebagian masyarakat Indonesia. Misalnya, kemajuan teknologi dikhawatirkan bisa membuat robot makin cerdas dan menggantikan peran manusia.
Menanggapi kekhawatiran tersebut, Prof. Wardiman mengajak masyarakat untuk optimis. Sesuai dengan tema Hari Lahir Pancasila yaitu Bersatu untuk Indonesia Tangguh, ia justru memandang bahwa teknologi bisa dimanfaatkan untuk ketangguhan bangsa.
“Karena, teknologi dan manfaatnya bagi pendidikan dan kemajuan bangsa sebenarnya banyak sekali. Sejarah pun sudah membuktikan, bahwa manusia sebagai Homo Sapiens, makhluk cerdas, selalu menjadi penguasa hidupnya dan penguasa bumi. Maka, mari kita manfaatkan teknologi untuk kemajuan Indonesia,” kata Prof. Wardiman dalam Webinar Nasional Edugears, Selasa 1 Juni 2021 sore.
Menurutnya, dengan adanya teknologi, produktivitas masyarakat dapat meningkat. Karena pekerjaan berat bisa dikerjakan alat, sedangkan manusia berfokus untuk inovasi.
Baca Juga: Hari Lahir Pancasila, Puan Maharani: Indonesia Akan Terus Ada Selama Pancasila Ada di Hati Kita
Ia juga menjelaskan bahwa sejarah peradaban dunia ini telah mengalami tiga kali revolusi industri dimasa lalu, dan disetiap revolusi industri tersebut, manusia akan selalu menemukan pekerjaan baru.
“Bahkan karena kemajuan teknologi, bekerja bisa kita lakukan dari rumah (Work From Home), karena sudah terhubung internet. Suatu pekerjaan memang akan diambil robot dan alat, namun kita akan selalu membuat pekerjaan dan inovasi baru,” ia menjelaskan.
Guna memanfaatkan kemajuan teknologi untuk ketangguhan bangsa, Prof. Wardiman pun memandang Indonesia perlu memiliki beberapa strategi. Pertama, adalah memastikan bahwa makin banyak masyarakat yang bisa mengakses teknologi. Karena menurutnya, penetrasi atau penggunaan teknologi masih terpusat di kalangan orang berekonomi mapan.
“Berdasarkan survei di tahun 2013, baru 40 persen masyarakat Jakarta punya akses internet. Sampai saat ini pun, Jakarta belum tertutup Wi-Fi. Apalagi daerah lain. Sehingga, pelaksanaan teknologi juga perlu dibarengi oleh coverage dan akses teknologi itu sendiri,” ia mengungkapkan.
Kedua, adalah memanfaatkan teknologi untuk pendidikan. Misalnya, kurikulum dibangun agar anak-anak ketika lulus nantinya menguasai teknologi. Selain itu, pembelajaran yang bisa dilakukan dengan pendampingan fasilitas teknologi juga akan memperkaya pengetahuan para murid.
Baca Juga: Demokrat Jatim: Hari Lahir Pancasila Momen Merajut Kerukunan
“Jadi teknologi dimanfaatkan untuk pendidikan. Jangan sampai teknologi sebagai suatu hal yang baru, justru merusak sistem pendidikan. Misalnya dengan adanya konten di internet yang kurang baik, itu perlu difilter, dan kita ganti dengan konten yang baik untuk anak-anak kita,” ia memaparkan.
Strategi terakhir dari Prof. Wardiman, adalah menghadirkan teknologi berbiaya murah. Misalnya, Wi-Fi atau kuota internet yang harganya murah atau bisa diakses publik. Bisa juga dengan fasilitas berbasis elektronik yang murah seperti E-Book.
“Kemdikbud sudah memiliki Buku Sekolah Elektronik (BSE). Jadi melalui internet, buku kita sebarkan gratis. Strategi ketiga ini penting karena biaya masih jadi kendala bagi murid dan orang tua dalam mengakses teknologi,” ia menekankan.
Melalui strategi-strategi ini, ia berharap bahwa tujuan kemerdekaan bisa tercapai dengan sokongan teknologi. “Bahwa semua anak Indonesia, agar bisa mengenyam pendidikan dalam rangka tujuan kita mencerdaskan kehidupan bangsa,” ia memungkasi.