Logo

Peringati Tahun Baru Islam, Ribuan Warga Madiun Ikuti ‘Grebeg Sewulan’

Reporter:,Editor:

Sabtu, 14 September 2019 14:47 UTC

Peringati Tahun Baru Islam, Ribuan Warga Madiun Ikuti ‘Grebeg Sewulan’

RAMAI: Peserta pawai budaya ‘Grebeg Sewulan’ membawakan tema Kabupaten Madiun Kampung Pesilat sedang melintas di jalan Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Sabtu 14 September 2019. Foto: Nd.Nugroho.

JATIMNET.COM, Madiun – Peringatan tahun baru Islam pada bulan Muharam atau Suro dalam penanggalan Jawa masih berlangsung di Kabupaten Madiun. Ribuan warga Kecamatan Dagangan mengikuti maupun menonton pawai budaya dalam acara ‘Grebeg Sewulan’, Sabtu 14 September 2019.

Para peserta pawai membawakan sejumlah tema, di antaranya ‘Kabupaten Madiun Kampung Pesilat, Dongkrek, dan budaya nasional. Selain itu, kerajinan lokal seperti batik song-song dan tumpeng hasil pertanian seperti terong, jeruk, petai juga diusung.

Para peserta pawai budaya yang mengenakan beragam kostum itu berjalan mulai dari Lapangan Dagangan hingga kawasan Masjid Sewulan. Jarak yang ditempuh sekitar lima kilometer.

“Ini merupakan bagian menggali dan memperkenalkan sejarah terutama penyebaran agama Islam di Dagangan,” kata Bupati Madiun, Ahmad Dawami Ragil Saputro di sela acara pawai budaya.

BACA JUGA: Suran Agung, 1.425 Aparat Keamanan Bersiaga di Jalur Kabupaten Madiun

Penyebaran Islam di wilayah Kecamatan Dagangan ditandai dengan pembangunan Masjid Sewulan oleh RM Bagus Harun atau Kiai Ageng Basyariah sekitar tahun 1742. Bagus Harun merupakan Keturunan ke-13 Prabu Brawijaya V yang diberi hadiah oleh Paku Buwono II di Kartosuro karena berhasil merebut kekuasaan dari tangan pemberontak tentara Cina.

Berkat keberhasilan itu, Bagus Harun mendapatkan hadiah berupa tanah perdikan (bebas pajak) dari Paku Buwono II dengan luas sekitar 1.000 hektare di wilayah Kecamatan Dagangan. Sebagian di antaranya dibangun masjid yang diberi nama Sewulan, yang berarti sewu wulan.

Istilah dalam bahasa Jawa itu berarti seribu bulan atau Lailatulkadar. Ini menandai masa pembangunan masjid yang kini menjadi destinasi wisata religi ini dibangun pada bulan Ramadan atau puasa.

Selain tentang sejarah, menurut bupati, pawai budaya itu juga bertujuan menggelorakan ‘Kampung Pesilat’ sebagai ikon baru Kabupaten Madiun. Istilah kampung pesilat muncul sejak beberapa tahun terakhir setelah deklarasi damai belasan perguruan silat yang berpusat di Madiun.

BACA JUGA: Korupsi Alsintan, Kejagung Periksa Enam Kepala Dinas Pertanian di Madiun

“Semangat kampung pesilat untuk menjaga kerukunan dan kedamaian,” ujar Kaji Mbing sapaan akrab Ahmad Dawami Ragil Saputro.

Dengan kerukunan, ia menuturkan akan berdampak positif terhadap peningkatan perekonomian warga. Pasar penjualan produk khas, seperti batik song-song, jenang durian, brem akan semakin luas. Karena itu, event seperti ‘Grebeg Sewulan’ yang baru pertama kali digelar akan dikembangkan di kecamatan lain.

“Kebanyakan (kecamatan lain) masih siap-siap. Untuk yang sudah menjalankan seperti Mejayan,” ujar Kaji Mbing.