Minggu, 18 August 2019 02:27 UTC
GELEDAH. Penggeledahan di kamar kos pelaku pembacokan anggota Polsek Wonokromo, Sabtu 18 Agustus 2019 malam. Foto: Baehaqi
JATIMNET.COM, Surabaya – “Lone Wolf” atau penyerangan teror oleh perseorangan yang tidak jelas jaringan dan motifnya menjadi pola penyerangan anggota polisi di Mapolsek Wonokromo Surabaya, Sabtu 17 Agustus 2019.
Peneliti Counter-Terrorism Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Amira Paripurna mengatakan kejadian penyerangan yang menentukan target ke kepolisian secara sendiri tanpa motif mirip dengan fenomena yang terjadi pada kelompok teroris ISIS.
“Memang bisa, sejak 2010 polisi jadi salah satu target kelompok teroris, semenjak ultimatum dari ISIS untuk menyerang Thogut atau yang lekat dengan kepolisian,” ungkap Amira kepada Jatimnet, Sabtu 17 Agustus 2019.
BACA JUGA: Polisi Bawa Sejumlah Barang dari Kamar Kos Pembacok Polisi
Pelaku lone wolf biasanya mengalami radikalisasi sendiri dan bersimpati dengan gerakan kelompok teror lain yakni gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dalam ranah global.
“Kemungkinannya lone wolf ya, bergerak tidak atas perintah yang terkoordinir dari kelompok atau jaringan teroris,” tambah Amira.
Amira menambahkan, deteksi dari serangan tersebut susah dideteksi oleh pihak kepolisian sebab tidak berada dalam suatu jaringan dan motif yang tidak diketahui.
BACA JUGA: Pelaku Pembacokan Menutup Diri Setahun Belakangan
Pola penyerangan teror tersebut juga memiliki ciri yang sama pula dengan kelompok Jemaah Ansharut Daulah (JAD) yang banyak tersebar di Pulau Jawa.
“Semenjak bom Surabaya kemarin polisi memang terus menyisir menangkapi pentolan dan anggota JAD,” tutur peneliti yang fokus di bidang counter terorisme tersebut.
Pola gerakan JAD diketahui memiliki pola yang cukup berbeda dengan kelompok teror sebelumnya yakni Jemaah Islamiyah.
BACA JUGA: Polisi Telusuri Dugaan Keterlibatan Penyerang Mapolsek Wonokromo Dalam Jaringan ISIS
JAD memiliki pola serangan cenderung dalam skala kecil baik individu "lone wolf" atau dalam kelompok kecil seperti pada Bom Surabaya silam, sementara JI memiliki struktur organisasi yang kuat dan memiliki afiliasi dengan Al-Qaedah dan sasaran serangan yang memiliki simbol barat atau anti Amerika.
“Namun ini salah satu kesulitan polisi dalam menghadapi jaringan JAD saat ini. Karena jaringan JAD ini tidak seperti JI yang memiliki struktur organisasi yg kuat. JAD ini jaringan kelompok teroris yang otonom. Sel di bawahnya bisa bergerak melakukan aksi teror sendiri,” tuturnya.
