Minggu, 10 February 2019 22:33 UTC
Ilustrasi.
JATIMNET.COM, Tulungagung – Permintaan trombosit atau sel darah merah di Unit Donor Darah PMI Tulungagung meningkat. Tingginya permintaan hingga dua kali lipat dibanding biasanya tidak lepas melonjaknya wabah demam berdarah (DB) dalam dua bulan terakhir.
Kepala UDD PMI Tulungagung dr Rukmi menyatakan dalam kurun Januari saja volume permintaan trombosit mencapai 486 kantong. Jumlah itu jauh di atas permintaan sejenis pada bulan-bulan sebelumnya saat DBD belum mewabah.
“Ada lonjakan hingga dua kali lipat,” katanya, Minggu 10 Februari 2019.
Diterangkan Rukmi, permintaan trombosit meningkat sejak Agustus 2018. Pada Agustus permintaan trombosit mencapai 301 kantong, kemudian September naik 303 kantong, sempat turun menjadi 261 kantong pada Oktober, tetapi November kembali naik 338 kantong dan Desember kembali naik 347 kantong.
BACA JUGA: Tulungagung Belum Tetapkan KLB Demam Berdarah
Kendati demikian, UDD PMI Tulungagung terus menyiapkan ketersediaan trombosit untuk mengantisipasi tingginya permintaan darah bagi pasien DBD.
“Upaya yang kami lakukan yaitu selalu berhubungan dengan para pendonor darah. Mereka semua terhubung dengan media sosial. Setiap hari selalu dilaporkan ketersediaan darah di PMI pada para pendonor,” urainya.
Pada saat kersediaan menipis, PMI memberi tahu kepada pendonor. Biasanya pendonor datang untuk menonasikan darahnya, sehingga PMI langsung memisahkan trombositnya.
Rukmi menuturkan ketersediaan trombosit di PMI Tulungagung untuk golongan darah A sebanyak 12 kantong, golongan darah B lima kantong, golongan darah 0 empat kantong dan golongan darah AB satu kantong.
BACA JUGA: Tulungagung Terbanyak Penderita Demam Berdarah Selama Januari
Ketersediaan trombosit saat ini tidak sebanyak persediaan darah karena usia trombosit yang relatif lebih singkat, yakni hanya mampu bertahan lima hari.
“Lain dengan persediaan darah yang bisa bertahan sampai 36 hari. Kalau trombosit hanya bertahan lima hari. Karena itu, persediaan trombosit tidak terlalu banyak karena lebih lima hari sudah kedaluarsa dan harus dibuang,” tuturnya.
Meski demikian, PMI Tulungagung masih mampu melayani warga yang membutuhkan trombosit. Bahkan beberapa warga di luar Tulungagung, seperti Blitar dan Trenggalek datang untuk meminta trombosit.
Jumlah penderita DBD di Tulungagung menjadi yang tertinggi di Jawa Timur. Pada bulan Januari 2019 mencapai 257 penderita DBD dan tiga di antaranya meninggal dunia. Jumlah penderita penyakit DBD di Tulungagung menempati urutan kedua setelah Kabupaten Kediri.(ant)