Logo

Penelitian Sebut Ibu dengan HIV/AIDS Bisa Menyusui dengan Aman

Reporter:

Sabtu, 10 August 2019 10:15 UTC

Penelitian Sebut Ibu dengan HIV/AIDS Bisa Menyusui dengan Aman

Ilustrasi oleh Gilas Audi

JATIMNET.COM, Surabaya – Jurnal penelitian terbaru WHO menyebutkan jika ibu dengan HIV/AIDS bisa menyusui bayinya tanpa menularkan virusnya. Syaratnya, proses menyusui harus dilakukan menerus selama dua tahun.

"Penelitian terbaru dari WHO ada jurnal yang mengatakan bahwa ibu boleh menyusui, tapi dengan syarat harus permanen menyusui, jadi harus terus-terusan," ujar Konselor ASI dr.Ameetha Drupadi dalam acara diskusi KemenPPPA, Gambir, Jakarta Pusat, dikutip dari Suara.com, pada Sabtu 10 Agustus 2019.

Ia juga mengatakan bahwa ibu harus memastikan bisa menyusui tanpa media dot atau pumping hingga ASI-nya habis.

Pencegahan HIV/AIDS masuk pada anak, kata dr Ameetha, dapat tertahan saat mengisap ASI secara langsung, karena saat itu ada antigen yang dikonsumsi anak.

BACA JUGA: 21 Pelajar Laki-laki Penyuka Sejenis di Tulungagung Positif HIV

"Karena antigennya masuk terus, akan lebih kebal sampai dua tahun," ungkapnya

Namun sayangnya, tidak banyak dokter yang mau mengambil risiko, karena menurut dr Ameetha, para dokter paham betul menyusui secara langsung dan tidak pernah terlewat sangatlah sulit.

Khususnya di Indonesia, banyak dokter memilih tidak menyarankan ibu HIV/AIDS memberikan ASI-nya dan lebih menyarankan susu formula sejak awal hingga akhir.

"Biasanya beberapa dokter meragukan hal itu. Cuma kami tidak boleh juga mengatakan, 'oh nggak bisa, nggak boleh menyusui', tetap ada harapan. Cuma kenyataannya memang lebih menyarankan tidak menyusui permanen, karena untuk menjamin ibu tetap menyusui 2 tahun itu kan sulit," jelasnya.

BACA JUGA: Tekan Jumlah ODHA, Pemkot Surabaya Tingkatkan Layanan Puskesmas 

Belum lagi, kata dr Ameetha, penelitian belum banyak dilakukan di berbagai negara yang mau mengambil risiko, termasuk di Indonesia dimana SOP mengarahkan ibu HIV/AIDS tidak disarankan untuk menyusui, atau bahkan hanya sekedar mencobanya sekalipun.

"Sebenernya jurnal itu baru dan belum lama dan belum banyak (dilakukan), dan memang dokter juga masih mempelajari lebih lanjut, tetapi pengalaman kami di rumah sakit memang belum menjadikan ibu ini ekslusif sih belum," tutupnya.