Jumat, 21 June 2019 04:25 UTC
Puncak gunung yang tertutup es. Foto: Unsplash
JATIMNET.COM, Surabaya – Gambar dari satelit Perang Dingin mengungkapkan hilangnya lapisan es yang dramatis di Pegunungan Himalaya. Setelah membandingkan fotonya dengan observasi pesawat luar angkasa terbaru, diketahui es di pegunungan ini telah mencair dua kali lebih cepat selama 40 tahun terakhir.
Penelitian mengungkapkan, sejak tahun 2000, ketinggian gletser telah menyusut rata-rata 0,5 meter per tahun, disebabkan oleh perubahan iklim.
“Dari penelitian ini kami bisa benar-benar melihat gletser Himalaya telah berubah,” kata Joshua Maurer, peneliti dari Pengamat Bumi Lamont – Doherty, Universitas Columbia, kepada Bbc.news, Kamis 19 Juni 2019.
Hasil penelitian di publikasikan dalam jurnal Kemajuan Sains.
BACA JUGA: Hari Bumi, Film Dokumenter Petani Merbabu Diputar di London
Selama tahun 1970 dan 1980, program mata-mata AS-kode nama Hexagon-merilis 20 satelit ke orbit dan secara diam-diam mengambil foto bumi.
Hasil gambar dalam rol film kemudian dijatuhkan ke atmosfir oleh satelit, dan diambil oleh pesawat militer yang sedang terbang.
Material itu kemudian dibuka secara umum tahun 2011, dan di digitalisasi oleh Survey Geologis AS untuk penggunaan ilmiah. Di antaranya, adalah Himalaya, dimana data sejarahnya sangat langka.
Dengan membandingkan gambar itu dengan data satelit terbaru dari Nasa dan agensi Jepang Jaxa, peneliti mampu melihat bagaimana wilayah itu telah berubah.
BACA JUGA: USAID Ingatkan Pemprov Jatim akan Perubahan Iklim
Tim dari Universitas Columbia melihat 650 gletser yang terbentang sepanjang 200 km. Kelompok ini menemukan, antara 1957 dan 2000, sekitar 4 miliar ton es hilang setiap tahun.
Namun, di antara 2000 hingga 2016, gletser diperkirakan mencair dua kali lebih cepat, sekitar 8 miliar ton per tahun.
“Untuk skala, 8 miliar ton es itu cukup untuk mengisi 3,2 juta kolam berukuran Olympic setiap tahunnya,” kata Maurer. Dan hilangnya es tidak seragam, tambahnya.
“Gletser yang paling cepat hilang adalah yang berada di ketinggian lebih rendah, dan di sanalah gletser yang paling cepat mencair berada,”.
BACA JUGA: PBB Ingatkan Perubahan Iklim Ancam Ketahanan Pangan Dunia
“Beberapa di antara zona itu mengalami penipisan hingga 5 meter per tahun,”.
Di antara peneliti terdapat perdebatan tentang penyebannya. Berubahnya musim hujan di wilayah dan deposit dari polusi industrial menjadi beberapa penyebab mencairnya gletser.
Namun, tim Columbian mengatakan, meskipun faktor itu turut berkontribusi, namun naiknya temperatur Gunung Himalaya menjadi penyebab utama.
“Faktanya kami melihat pola spatial dari hilangnya es di antara banyak gletser sepanjang zona yang kompleks klimatologinya, sehingga harus ada faktor keseluruhan yang mempengaruhi gletser secara sama,”.
BACA JUGA: Hewan Pengerat Australia Dinyatakan Punah Akibat Perubahan Iklim
Ilmuwan mengatakan, hilangnya es yang berkelanjutan akan berakibat besar. Pada jangka pendek, akan menyebabkan banjir.
Dalam jangka panjang, jutaan orang yang bergantung pada di wilayah itu, akan mengalami kesulitan air selama musim kemarau.
“Yang baru di sini adalah kami bisa melihat bagaimana peningkatan pencairan di seluruh Himalaya sebagai akibat dari perubahan iklim,”, kata Dr Hamish Pritchard dari British Antartic Survey, mengomentari penelitian.
“Lebih dari satu generasi, lelehan telah berlipat ganda dan kini telah mencair dengan cepat,”.
BACA JUGA: Perubahan Iklim Bisa Berdampak pada Jantung Bayi
“Mengapa ini menjadi masalah? Karena ketika es habis, sejumlah sungai penting di Asia akan kehilangan suplai air yang membuat mereka tetap mengalir, meskipun pada musim panas yang kering, tepat di mana air sangat dibutuhkan,”.
“Tanpa pegunungan, kekeringan akan berdampak buruk pada jutaan manusia yang hidup dari aliran sungai,”.