Senin, 22 April 2019 14:57 UTC
WASPADA. Perwakilan United States Agency for International Development (USAID) bertemu Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, mereka menyampaikan kondisi perubahan iklim sudah sangat mengkhawatirkan. Foto: Baehaqi Almutoif
JATIMNET.COM, Surabaya - United States Agency for International Development (USAID) mengingatkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur pentingnya mewaspadai perubahan iklim.
Intensitas hujan yang jarang, namun sekali turun begitu lebat merupakan salah satu indikator perubahan iklim. Belum lagi musim kemarau yang panjang.
"Ini yang mungkin harus diantisipasi," ujar Direktur Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Sri Tantri Arundhati mendampingi perwakilan USAID usai bertemu Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak di Kantor Gubernur Jawa Timur, Senin 22 April 2019.
USAID melalui program Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) mengusulkan perhatian serius terhadap daerah aliran sungai (DAS) Brantas. Ada tujuh daerah yang menjadi perhatian serius, yakni Kabupaten Malang, Kota Malang, Batu, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, dan Kabupaten Blitar.
BACA JUGA: Jumlah Kematian Ibu Hamil Capai 431 Kasus
Penanganan tiap daerah ini berbeda. Di Kabupaten Malang misalnya, strategi adaptasi integrasi dampak dan resiko perubahan iklim dalam pembangunan daerah diperlukan.
Seperti pengelolaan sumber air terpadu, APIK mengusulkan adanya pengelolaan air terpadu, mitigasi kerusakan air dan lingkungan, peningkatan produksi pertanian dan penguatan penguatan ketahanan pangan.
"Pak Wagub menyampaikan bahwa kita membuat waduk, apa benar dengan waduk sebesar itu, dari segi volume air akan mencukupi, karena kondisi perubahan iklim ini. Itu yang harus kita pertimbangkan," urainya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengatakan, masukan USAID menjadi pertimbangan dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) lima tahun ke depan.
BACA JUGA: Empat Desa di Mojokerto Pasang Sistem Peringatan Dini
Usulan USAID jadi salah satu indikator dalam mengurangi resiko bencana di Jawa Timur yang didominasi hidrometeorologi seperti banjir. Emil melihat kerusakan lingkungan dan perubahan iklim tidak hanya memberikan dampak kekeringan, tetapi juga bencana seperti banjir.
"Bukan hanya tugas BPBD sendiri, tapi semua pihak. Karena resiko bencana diukur dr kerentanan dan kapasitas yang kita hadapi," kata Emil.
Kapasitas yang dimaksud adalah pembangunan infrastruktur, menyiapkan kelembagaan masyarakat, teknik pertanian, dan penyediaan air minum. Emil mengaku ingin menyiapkan serius masalah itu.
"Ternyata kalau melihat terjadi hujan cukup lebat tapi musim kemaraunya semakin panjang. Kemudian masa hujannya pendek tapi lebat, itu pertanda perubahan iklim, menurut studi mereka dan tren ini 10-30 tahun ke depan, Tentu kita ingin siapkan menghadapi itu," tandasnya.