Minggu, 09 December 2018 11:35 UTC
Sistem Peringatan Dini yang dipasang di tepi Sungai Klorak, Kecamatan Gondang, Mojokerto. Foto: IST
JATIMNET.COM, Surabaya – Empat desa di Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto memasang sistem peringatan dini (early warning system) banjir berbasis komunitas di sekitar Sungai Klorak, Kecamatan Gondang.
“Di musim penghujan seperti sekarang, Kabupaten Mojokerto berpotensi terkena banjir bandang dan tanah longsor,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Mojokerto, Puji Andriati dalam rilis yang disampaikan USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (USAID APIK).
Pemasangan sistem peringatan dini ini merupakan program USAID APIK bersama Kelompok Siaga Bencana Desa Kalikatir, Dilem, dan Begaganlimo. Diharapkan bisa membantu masyarakat di tiga desa tersebut untuk lebih siap siaga dalam menghadapi banjir bandang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto mendukung upaya APIK, karena sistem peringatan dini dapat mengurangi dampak dan kerugian yang dialami masyarakat.
BPBD juga mendorong masyarakat untuk merawat dan melakukan pengawasan bersama agar sistem dapat terus bermanfaat. “Masyarakat perlu mendapat pelatihan khusus, sehingga dapat mengatasi permasalahan teknis yang mungkin terjadi,” kata Puji Andriati.
Sebelum pemasangan sistem ini, diawali dengan Kajian Kerentanan dan Risiko Iklim yang dilakukan USAID APIK bersama BPBD, pihak swasta, warga, dan Kelompok Kerja Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana (API-PRB).
Dari kajian tersebut, diketahui desa-desa yang berada di pinggir Sungai Klorak yakni Desa Kalikatir, Dilem, dan Begaganlimo rentan terhadap banjir dan longsor.
Peristiwa banjir dan longsor pernah menimpa Desa Kalikatir pada 26 Maret 2017, dimana desa yang berada di area lebih rendah dibandingkan Begaganlimo dan Dilem ini diterjang banjir bandang setelah hujan turun terus-menerus selama dua jam. Akibatnya, puluhan rumah terendam lumpur setinggi 80 centimeter, lahan pertanian rusak, hewan ternak dan motor hanyut terbawa arus.
Dalam sistem peringatan dini yang dipasang, masyarakat bisa mengetahui informasi tentang curah hujan dan ketinggian air di sungai, sehingga masyarakat dapat bertindak sesuai dengan kondisi tersebut.
Peralatan yang dipasang terdiri dari: 1) Automatic Rain Gauge (ARG) yang berfungsi mengukur curah hujan, temperatur, dan kelembapan; 2) Automatic Water Level Recorder (AWLR) untuk mengukur tinggi muka air; dan 3) sirine tanda bahaya.
Sensor pada ARG dan AWLR merekam data sekitar, mengirimnya ke gateway, dimana data akan diolah dan dianalisis untuk menghasilkan tiga tingkatan status bencana: waspada, siaga, dan awas.
Sirine pun akan memberikan peringatan ke masyarakat untuk siap siaga. Sistem peringatan dini yang dipasang memiliki keunggulan antara lain transfer data dari sensor sistem ke gateway menggunakan teknologi Lo-Ra (long range), yang memungkinkan pengiriman dan penerimaan data dengan jangkauan luas tanpa memerlukan jaringan seluler. Selain menghemat biaya karena tak perlu membayar biaya jaringan seluler, Lo-Ra juga lebih memadai untuk daerah terpencil.
Eko Ferino, anggota Kelompok Siaga Bencana (KSB) Desa Begaganlimo mengatakan, KSB bertanggung jawab menjadi penggerak utama dalam aksi pengurangan risiko bencana dan juga saat bencana terjadi. “Di KSB juga terdapat penanggung jawab yang bertugas menyampaikan informasi terkait situasi yang berpotensi bencana ke kepala desa dan masyarakat,” ungkapnya.