Jumat, 12 February 2021 00:20 UTC
RAMBU EVAKUASI. Petugas BPBD Banyuwangi memasang rambu titik kumpul di jalur evakuasi jika terjadi bencana erupsi Gunung Raung. Foto: Pemkab Banyuwangi
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Gunung Raung memiliki riwayat letusan panjang dimulai tahun 1586 dalam catatan Badan Geologi, hingga yang terbaru erupsi kecil yang terjadi awal 2021.
Pusat kegiatan gunung ini berada di dasar kaldera / kawah dimana pada Februari 1902 muncul kerucut pusat setinggi kurang lebih 90 meter. Data yang dipublikasi Badan Geologi menyebutkan zona Kawasan Rawan Bencana (KRB) III atau paling berbahaya Raung berada di area puncak hingga 3 kilometer ke bawah, KRB II hingga 8 kilometer, dan KRB I 10 kilometer.
Kaldera bisa menampung keluaran material hasil letusan explosif yang menjadi bagian karakter Raung, kecuali abu vulkanik yang terlontar hingga ketinggian 2.000 mdpl. Angin Baratan yang berlangsung selama musim hujan inilah yang menggeser kepulan abu di ketinggian itu ke arah timur.
Kemudian abu jatuh di beberapa kecamatan di Banyuwangi seperti Licin, Glagah, Banyuwangi, Kabat, Kalipuro dan Wongsorejo. Bahkan menyeberang Selat Bali dan menerpa beberapa kabupaten di Pulau Dewata.
"Angin Baratan akan berlangsung sampai musim hujan selesai. Perkiraan dari VAAC Darwin (Darwin Volcanic Ash Advisory Centre) di ketinggian hingga 18 ribu feet atau 18 ribu kaki, ini (bergerak) mengarah ke timur dengan kecepatan 20 knot," kata Prakirawan Stasiun BMKG Banyuwangi Dita Purnamasari, Selasa, 9 Februari 2021.
BACA JUGA: Gunung Raung Jadi Status Waspada, Pos Perlintasan Ditutup
Dia menerangkan tidak hanya membawa abu vulkanik ke Banyuwangi, angin baratan juga datang bersama massa uap air yang cukup banyak. Hal itu menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan penghujan sehingga intensitas dan durasi turunnya hujan semakin tinggi.
BMKG mencatat puncak musim hujan di Banyuwangi selalu berintensitas sedang hingga lebat, demikian juga yang diperkirakan akan terjadi untuk musim hujan tahun ini. Intensitas hujan di Banyuwangi diperkirakan mulai berkurang Maret nanti, seiring menurunnya embusan angin baratan.

ERUPSI. Visual Gunung Raung yang tengah erupsi dan mengeluarkan abu vulkanik, Kamis 11 Februari 2021. Foto: Pos Pemantauan Gunung Api (PPGA) Raung
Sementara itu, salah satu warga Desa Wonorejo, Kecamatan Kalibaru, Selamet Riyadi, 45 tahun, mengatakan intensitas erupsi Gunung Raung cenderung menurun. Dia mengatakan suara gemuruh kadang terdengar namun pelan, cahaya api di puncak nampak tapi terbilang kecil, dan abu erupsi justru tidak menerpa permukiman mereka.
Menurutnya, warga tidak merasa gelisah dan tetap beraktivitas seperti sediakala. Secara bergantian, mereka berjaga malam sehingga gunung terpantau sepanjang hari.
Widi, sapaan Selamet Riyadi, mengaku justru khawatir akan dampak pertambangan Galian C di wilayah desanya di kaki Raung. Dia mengatakan penambangan pasir dilakukan di bukit dan tebing yang berpotensi longsor di masa puncak musim hujan seperti sekarang.
BACA JUGA: Antisipasi Erupsi Gunung Raung, Polres Bondowoso Cek Jalur Evakuasi di Dusun Terpencil
Pria yang berprofesi sebagai pemandu pendakian Raung itu melihat sendiri kerusakan hutan gunung pasca kebakaran besar Oktober 2019 lalu. Alam yang rusak itu dia khawatirkan tak mampu menyerap air hujan ke dalam tanah dan menahan material yang hanyut, sehingga berpotensi terjadi banjir bandang ke bawah.
"Itu dari area Pos 7 (jalur pendakian) dulu kebakaran, ke atas sudah tidak ada pohon besar. Makanya yang yang dikhawatirkan takutnya ada banjir dari atas, di sini ada penambang, yang dikhawatirin itu," kata Widi, Rabu, 10 Februari 2021.
Dalam Peraturan Daerah (Perda) Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032, Kecamatan Kalibaru tergolong area rawan bencana gunung meletus, banjir dan longsor.
Mungkin saja banjir dengan ketinggian air 1 meter yang tak surut dalam 24 jam, potensinya memang kecil terjadi di Banyuwangi. Namun untuk tak lupa, banjir bandang mampu memberikan kerusakan lebih parah dan pernah terjadi beberapa kali di Banyuwangi, seperti di Kecamatan Kalibaru pada September 2010 dan Singojuruh pada Juni dan November 2018.