Logo

Pemkot Surabaya Jadikan Rumah Abu Maskot Wisata Kota Tua

Reporter:,Editor:

Kamis, 23 May 2019 07:43 UTC

Pemkot Surabaya Jadikan Rumah Abu Maskot Wisata Kota Tua

HERITAGE. Rumah Abu milik keluarga The Goan Tjing akan dijadikan sebagai ikon wisata Surabaya di kawasan Kota Tua. Foto: Khoirotul Lathifiyah.

JATIMNET.COM, Surabaya – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan menjadikan Rumah Abu sebagai maskot kawasan kota tua di Jalan Karet, kawasan Kembang Jepun. Pasalnya hingga kini revitalisasi Kota Tua Surabaya sudah memasuki tahap penataan pedestrian dan pengecatan.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi merencanakan adanya akses jalan kaki di kawasan yang akan digunakan sebagai wisata ini.

“Kita masih menata, nanti kawasan tersebut dibuat senyaman mungkin bagi pejalan kaki yang berwisata di wisata heritage ini. Selanjutnya, yang jadi maskotnya itu adalah rumah abu yang ada di Jalan Karet,” kata Eri saat dikonfirmasi melalui telepon, Kamis 23 Mei 2019.

BACA JUGA: Pemkot Surabaya Gagas Kampung Peneleh Jadi Wisata Berbasis Digital

Rumah Abu ini merupakan Rumah Sembahyang keluarga The Goan Tjing yang lokasinya berada di Jalan Karet.

Eri juga menjelaskan, wisata heritage di Jalan Karet dan Jalan Panggung akan terkoneksi dengan wisata air yang berlokasi di sisi utara Jembatan Merah. Selain itu, saat ini pihaknya juga masih melakukan koordinasi dengan Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya untuk menentukan dan penataan lahan parkir wisata baru ini.

DIPERCANTIK. Pekerja merampungkan jalur pedesterian di kawasan Jalan Karet untuk kawasan wisata kota tua, Kamis 23 Mei 2019. Foto: Khoirotul Lathifiyah.

“Depannya sungai itu kan ada lahan kosong yang masuk wilayah Jalan Karet. Ini masih kita rapatkan sama dishub, apakah nantinya bisa digunakan (lahan parkir) atau tidak,” jelas Eri.

Sementara itu penyelesaian pengecatan saat ini sudah merambah di jalan selanjutnya. Di antaranya Jalan Veteran dan Jalan Kalimalang.

BACA JUGA: Dari Perempuan Jepang ke Kembang Jepun

Kepala Bidang Bangunan Gedung Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP-CKTR) Surabaya, Iman Krestian menjelaskan estimasi pengecatan akan bergantung dengan vendor yang mengerjakannya.

“Tergantung suplai catnya, kalau pengecatan juga butuh kehati-hatian mengingat bangunan lawas ini kan banyak kabel yang melintang,” imbuhnya.

Pewarnaan cat di kawasan Jalan Karet dan Jalan Kembang Jepun memiliki konsep yang berbeda. Pengecatan ini disesuaikan dengan keinginan masing-masing pemilik rumah. Namun tetap tidak meninggalkan jejak sejarah di lokasi tersebut.

“Jangan sampai nantinya warga protes karena adanya revitalisasi ini, karena ini bangunan bukan milik pemerintah. Jadi pengecatannya juga harus hati-hati,” tutupnya.