Jumat, 20 September 2019 12:47 UTC
TERJEBAK: Proses pelepasliaran hiu paus yang sempat terjebak di inlet PLTU, Paiton. Foto: Tim Rescue Whale Shark.
JATIMNET.COM, Probolinggo – Komunitas pecinta lingkungan, Binor Green Community (BGC) menuding pihak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton Kabupaten Probolinggo telah lalai. Karena satwa dilindungi seperti Hiu Paus yang memiliki ukuran raksasa, bisa masuk ke saluran air (Inlet) pembangkit listrik PJB Paiton.
Ketua Komunitas Binor Green Community (BGC), Anton Sumarsono mengatakan, peristiwa masuknya Hiu Paus ke inlet PLTU tak hanya terjadi kali ini saja. Namun di tahun 2015 lalu, spesies Rhincodon Typus itu sempat juga masuk ke inlet pembangkit listrik setempat. Dan sayangnya, Hiu Paus akhirnya mati saat proses evakuasi oleh petugas.
“Saya sebagai pecinta lingkungan, mempertanyakan kenapa ikan sebesar itu bisa masuk kanal. Karena di kanal kan sudah ada jaring, dimana fungsinya selain menangkal ikan masuk tapi juga kayu,” ujar pria yang akrab disapa Sony, Jumat 20 September 2019.
BACA JUGA: Hiu Paus Terjebak di Inlet PLTU Paiton Telah DIbebaskan
Dijelaskan Anton, jika di sekitar areal PLTU, Paiton terdapat kekayaan terumbu karang yang luasnya mencapai dua ribu hektar. Dan di areal terumbu karang tersebut, kerap menjadi lokasi bermain beragam jenis ikan mulai berukuran kecil hingga besar.
“Hiu Paus memang sering bermain-main di sekitar PLTU Paiton. Maka dari itu, dengan terulangnya peristiwa terjebaknya Hiu Paus di kanal, kami pecinta lingkungan berharap pihak PLTU melakukan perbaikan, terhadap sistem jaring yang dipakai menghalau ikan dan kayu,” pungkasnya.
Terpisah General Manager PLTU Paiton, Mustofa Abdillah mengakui, bahwa ukuran jaring atau skrining penghalau benda yang masuk areal saluran air (Inlet) PLTU, Paiton tak sampai dasar. Dengan terulangnya peristiwa Hiu Paus yang masuk saluran air inlet PLTU, Mustofa menegaskan akan melakukan perbaikan terhadap ukuran jaring atau skrining.
BACA JUGA: Evakuasi Hiu paus dari Inlet PLTU Paiton Gunakan Jaring Cantrang
“Memang yang kemarin, ukuran jaring kami buat tak sampai dasar. Dari kedalaman delapan meter, jaring yang belum tertutup sekitar dua meter. Kenapa kami buat demikian, karena kemarin ada pertimbangan jenis-jenis hewan yang masuk. Dan hiu itu kan sukanya berenang di atas permukaan, namun saat surut kemarin Hiu akhirnya bisa masuk. Oleh karenanya agar tak terulang kembali, kami buat ukuran jaring kali ini, sampai dasar dan itu permanen,” papar Mustofa, saat acara konferensi pers, Kamis 19 September 2019.
Lanjut Mustofa menjelaskan, areal kanal atau inlet merupakan satu-satunya saluran yang digunakan, untuk mengalirkan air laut menuju delapan unit PLTU. Aliran air laut sendiri, nantinya dipompa menuju kondensor untuk pendinginan masing-masing pembangkit listrik.