Rabu, 19 December 2018 11:21 UTC
Prof Ir Indrasurya B Mochtar MSc PhD. Foto: Humas ITS
JATIMNET.COM, Surabaya – Amblesnya tanah di Jalan Raya Gubeng pada Selasa 18 Desember 2018 menyita perhatian bagi sejumlah pakar kebumian dan geologi. Ada beberapa pandangan berbeda yang menyebabkan tanah di samping proyek yang diduga pembangunan basement (parkir lantai dasar) Rumah Sakit Siloam ambles.
Pakar dari Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Prof Ir Indrasurya B Mochtar MSc PhD menilai kejadian ini tidak bisa sepenuhnya disebut longsor.
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima redaksi, Rabu 19 Desember 2018 dia menerangkan volume tanah berpindah tempat ke proyek galian basement tidak sebanyak yang seharusnya.
BACA JUGA: DLH Sebut Kontruksi Tanah Jalan Raya Gubeng Mudah Longsor
“Kemungkinan ada sebagian tanah yang ambles masuk ke dalam perut bumi,” ungkap Kepala Laboratorium Mekanika Tanah ITS tersebut.
Penilaian itu setelah pihaknya melihat langsung ke lokasi kejadian bersama tim dari Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim (PSKBPI) ITS, Rabu pagi.
Profesor yang juga ahli bidang Rekayasa Geoteknik ini juga memaparkan amblesnya jalan di samping proyek basement ini sangat unik dan penuh pertanyaan.

Masalahnya hanya satu sisi penggalian yang mengalami ambles, atau sisi jalan raya (timur). Sedangkan sisi lainnya masih kokoh berdiri berbagai bangunan yang relatif besar dan tidak terjadi sesuatu apa pun.
Menurutnya amblesnya suatu tanah bisa terjadi karena dampak air hujan yang sangat lebat. Faktanya, beberapa jam sebelum kejadian, tidak terjadi hujan yang cukup besar di area tersebut.
Berdasarkan dari data persebaran struktur tanah di Surabaya, juga menyebutkan bahwa struktur tanah di proyek tersebut bisa dikatakan layak untuk penggalian basement.
BACA JUGA: Ahli Geoteknologi Sebut Tanah Surabaya Gembur Dan Mudah Longsor
”Hal ini juga didukung dengan salah satu sisi penggalian yang belum memiliki dinding penyangga yang kokoh tapi tidak terjadi perpindahan tanah sedikit pun,” ungkapnya.
Pandangan berbeda juga disampaikan pakar Geologi ITS, Amien Widodo. Kepada Jatimnet.com Amin condong menggunakan istilah longsor untuk menggambarkan amblesnya tanah di Jalan Raya Gubeng Surabarya.
“Kami mengusulkan agar jalan segera diuruk serta dilakukan pengeboran untuk mengetahui detil sifat fisik tanah. Gunanya untuk mengambil sampel tanah dan mengetahui sifat fisik tanah serta ketebalan lapisan tanahnya,” katanya saat dihubungi melalui ponselnya, Rabu 19 Desember 2018.

Data tersebut sangat berguna untuk memetakan kawasan yang rawan longsor serta kawasan tanah keras yang sesuai untuk pemasangan sheet pile, sekaligus mencegah longsor susulan.
Tanah keras dipilih sebagai tempat pemasangan sheet pile yang berfungsi sebagai penyangga tanah agar tidak longsor. Sheet pile, menurutnya menyerupai tembok yang terbuat dari lembaran lempeng besi ataupun cor.
Konstruksinya ditancapkan di atas tanah keras dengan kedalaman tertentu yang berguna untuk menahan agar tanah tidak longsor. Menurutnya proses pengeboran serta analisis laboratorium akan memakan waktu sekitar dua minggu.
Usulan ini setelah tim dari ITS, bertemu dengan berbagai pihak di ruangan khusus Rumah Sakit Siloam Surabaya. Diantaranya dengan Tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) dari Kepolisian Daerah Jawa Timur, maupun Pemkot Surabaya.
Tanah di Jalan Raya Gubeng ambles dengan luas 100 meter, lebar 25 meter, dan kedalaman 20 meter pada Selasa 18 Desember sekitar pukul 21.45 WIB.