Rabu, 19 December 2018 09:15 UTC
Ahli Geoteknologi ITS Wahyu P.Kuswanda. Foto: M.Khaesar Januar Utomo
JATIMNET.COM, Surabaya – Ahli Geoteknologi Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) Wahyu P Kuswanda menyebutkan kontur tanah di Surabaya rata-rata berasal dari endapan Sungai Brantas yang cenderung gembur yang membuat tanahnya mudah longsor.
Wahyu kepada Jatimnet.com, Rabu 19 Desember 2018 menyebutkan tanah yang mudah longsor harus diantisipasi jika untuk mendirikan bangunan. Selain itu, pihaknya juga mengingatkan kepada pelaksana proyek agar lebih mengetahui kondisi tanah Surabaya.
“Seharusnya teknisi proyek itu sudah lebih mengetahui kontur tanahnya untuk mengantisipasi amblesnya tanah tersebut. Sebab tanah di Surabaya rata-rata endapan Sungai Brantas,” kata Wahyu saat dijumpai di Jalan Raya Gubeng, Surabaya.
BACA JUGA: Normalisasi Jalan Raya Gubeng Yang Ambles Bakal Dilakukan Secepatnya
Menurut Wahyu amblesnya tanah ini dikarenakan tidak adanya dinding penahan untuk mengantisipasi pergerakan tanah. Terlebih tanah di kawasan ini kerap dilewati mobil yang membuat tanah mudah sekali bergerak.
Dengan adanya dinding penahan tanah, memberi kekuatan untuk tetap terjaga meskipun digali hingga kedalam hingga beberapa meter. “Karena sudah ada penahannya yang membuat tanah semakin kuat saat digali berapa meterpun dalamnya,” jelasnya.
BACA JUGA: Jalan Raya Gubeng Bukan Berstatus Jalan Nasional
Namun sejauh ini Wahyu enggan menjelaskan bahwa amblesnya tanah di depan gedung BNI Jalan Raya Gubeng itu akibat kesalahan kerja. “Itu bukan wewenang saya, dan saya tidak berhak untuk menghakimi," ucapnya yang juga dari Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia.
Solusi jangka pendek yang ditawarkan Wahyu, harus segera dibuatkan dinding penahan untuk mengantisipasi amblesnya tanah di sekitar tempat kejadian atau ambles susulan.
Diberitakan sebelumnya, Jalan Raya Gubeng ambles Selasa 18 Desember 2018, sekitar pukul 21.45 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.