Logo

Murah Meriah Berwisata ke Kota Tua Surabaya

Reporter:,Editor:

Minggu, 24 February 2019 01:03 UTC

Murah Meriah Berwisata ke Kota Tua Surabaya

Wisata Surabaya Heritage Track

JATIMNET.COM, Surabaya – Rekreasi tak harus mahal. Ada banyak pilihan untuk membuat pikiran kembali segar setelah sepekan sibuk urusan kerjaan. Di Surabaya, ada heritage track. Ini jalan-jalan berkeliling “kota lama” dengan menumpang bus. Rutenya, mengunjungi sejumlah gedung dan tempat bersejarah.

Awal pekan pada Februari 2019 lalu, saya mencoba paket wisata murah-meriah ini. Murah karena disediakan gratis tanpa pungutan biaya. Meriah oleh pengetahuan baru sejarah kota.

Hari masih pagi ketika saya pergi ke House of Sampoerna, di Taman Sampoerna Krembangan Utara Kota Surabaya. HOS, begitu masyarakat mengenalnya, salah satu obyek wisata yang menyimpan informasi sejarah, tempat belanja, dan kerap menjadi galeri pameran lukisan.

Di sinilah rute Surabaya Heritage Track bermula.

Ada tiga jadwal perjalanan sehari; pukul 10.00 WIB, 13.00 WIB, dan 15.00 WIB. Agar bisa bergabung menjadi peserta track, kita harus mendaftar. Ada dua pilihan untuk mendapat tiket perjalanan. Datang langsung ke loket dan memesan melalui telepon.

Karena gratis, pemesan biasa menumpuk. Kuota penumpang bus sering tandas.

BACA JUGA:   Tiga BUMN Ini Kebut Pengembangan Wisata Pulau Merah

Jam memperlihatkan pukul 09.30 WIB saat saya tiba di sana. Saya bergegas menuju loket. Sial, tiket tandas. Tak ada pilihan, saya mencatatkan nama di daftar tunggu perjalanan kedua. Pukul 13.00 WIB.

Tiga jam menunggu bukan waktu yang menyenangkan. Sementara sebagian calon peserta memilih balik kanan, saya mulai disergap bosan. Mati gaya, saya memilih pergi ke sebuah toko kecil di balik loket.

Museum Shop, begitu namanya, menjual aneka cinderamata. Dari kaos, batik, tas, dan suvenir khas jawatimuran. Toko kecil ini ternyata juga memajang benda-benda seni dan lawasan. Lukisan, wayang golek, sampai mesin ketik lama. 

Masuk ke sana serasa menyusuri lorong waktu. Lumayan, waktu terbunuh tak percuma.

Tapi kini muncul masalah baru. Tengah hari, perut keroncongan minta diisi. Sejam tersisa sebelum jadwal perjalan kedua. Cukuplah waktu untuk makan siang.

Di sekitar HOS ada dua kedai. Satu menawarkan nasi Padang, satu lagi menyuguhkan menu ayam geprek. Pilihan saya jatuh pada ayam geprek. Seporsi Rp 13 ribu. Plus minuman segelas es teh, total yang harus saya bayar Rp 15 ribu.

Perut kenyang, gerah cuaca teratasi, dan kini saya siap mengikuti perjalan berkeliling kota.

Dari HOS, bus bergerak menuju Tugu Pahlawan dan berlanjut ke gedung PT Perkebunan Nusantara XI. Ada dua pemandu yang menemani perjalanan kami. Aji dan Bagus, begitu mereka memperkenalkan diri.

Sampai di kompleks Tugu Pahlawan, peserta harus membeli tiket masuk museum Rp 5 ribu per orang. Tapi pelajar dan anak di bawah umur, gratis.

BACA JUGA: Jalur Wisata Bromo Sepanjang 39 Kilometer Segera Diperbaiki

Di Tugu Pahlawan, kita disuguhi film, patung, diorama, hingga miniatur yang menggambarkan sejarah kepahlawanan Arek-arek Suroboyo. Salah satu film pertempuran 10 November yang menjadi legenda dan dasar penetapan Hari Pahlawan secara nasional.

Sejam berlalu, perjalanan kedua menunggu. Kali ini bus beringsut menuju gedung PT Perkebunan Nusantara XI. Ini gedung dibangun semasa pemerintahan kolonial Belanda bercokol di Nusantara. Meski usianya sudah bertahun-tahun, bangunan itu masih kokoh berdiri.

Secara umum, bangunan itu dibagi dalam tiga potongan utama. Potongan? Ya gedung itu mirip tiga potongan lego yang disatukan.

Aji, satu di antara pemandu, mengatakan bangunan itu dirancang tahan gempa. Dulu, Belanda mendatangkan material pilihan untuk membangunnya. Kayu-kayu jati berkualitas diambil dari sejumlah daerah untuk mendukung konstruksinya.

Perjalanan Surabaya Heritage Track setidaknya menghabiskan waktu 1 jam 30 menit. Sekitar pukul 14.40 WIB, bus kembali ke HOS.

Tiba di tempat semula, saya menyempatkan diri mampir ke galeri seni. Karena bertepatan dengan perayaaan Valentine, ruang pamer itu menampilkan karya-karya bertema Love Talk.

Tak terasa, seharian sudah saya sudah berjalan-jalan di HOS dengan perjalanan wisata sejarah. Yang paling terasa kini, perut saya kembali keroncongan. Lelah tak ada tapi lapar menggila.

Jangan ayam geprek. Itu sudah jadi menu makan siang. Ya sudah, nasi Padang seharga Rp 25 ribu jadi pilihan.