Minggu, 13 December 2020 05:20 UTC
ILUSTRASI PASLON PILKADA KOTA SURABAYA. Calon Kepala Daerah Kota Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji nomoir urut 1, dan Machfud Arifin-Mujiaman nomor 2. Ilustrator: Gilang
JATIMNET.COM, Surabaya – Kemenangan pasangan calon Eri Cahyadi dan Armuji di Pilkada Kota Surabaya oleh para pengamat disebut sebagai bukti kuatnya mesin PDI Perjuangan di kota tersebut, meski di sejumlah kecamatan yang menjadi basis PDIP terjadi upaya pemecahbelahan dengan hadirnya entitas ”Banteng Ketaton” yang acaranya kerap dihadiri Machfud Arifin dan Mujiaman.
Di sejumlah kecamatan yang dikenal sebagai basis partai berlambang banteng tersebut, Eri Cahyadi menuai kemenangannn mutlak. Di Kecamatan Sawahan, berdasarkann rapat pleno Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Eri Cahyadi-Armuji meraup 43.637 suara (59,85 persen), jauh meninggalkan kompetitornya, Machfud Arifin-Mujiaman, yang meraih 29.277 (40,15 persen).
Demikian pula di kecamatan lain yang selama ini menjadi kekuatan PDIP, seperti Tambaksari, juga bulat memenangkan Eri Cahyadi-Armuji. Di Tambaksari, paslon nomor 1 itu memperoleh 49.280 suara (62,88 persen), melampaui Machfud Arifin-Mujiaman 29.093 suara (37,12 persen). Pemilih Eri-Armudji di Sawahan dan Tambaksari juga termasuk paling banyak.
Kepala Badan Pemenangan (BP) Pemilu DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, Anas Karno, mengatakan, hasil Pilkada Surabaya menunjukkan bahwa Kota Pahlawan adalah basis kader Banteng sejati, yang selalu tegak lurus dengan apa yang menjadi perintah Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
BACA JUGA: Pilkada Surabaya, Ini 8 Faktor Kemenangan Eri Cahyadi-Armuji Versi Quick Count
”Di kecamatan-kecamatan di mana PDI Perjuangan coba dipecah-belah oleh lawan, justru meraih kemenangan signifikan. Mereka yang memecah belah lupa, bahwa PDIP besar bukan hanya karena partai ini telah melekat di hati rakyat, tapi juga karena gerak partai ini dalam kebijakan di Surabaya yang selalu menghadirkan program-program yang membantu masyarakat,” ujar Anas Karno, Minggu 12 Desember 2020.
Dia menambahkan, selama hampir 20 tahun, kepemimpinan PDIP telah hadir di Surabaya sejak era Wali Kota Bambang DH hingga Tri Rismaharini, dan kini akan berlanjut dengan kepemimpinan Eri Cahyadi dan Armuji.
”Meski berbeda orang, garis kebijakannya sama, yaitu pro rakyat. Kita bisa melihat sejak era Pak Bambang, pendidikan digratiskan. Lalu dilanjutkan oleh Bu Risma, juga dengann berbagai terobosan untuk memanusiakan wong cilik seperti dengan pemberian makanan gratis tiap hari dan beasiswa. Ke depan, wajah kemanusiaan juga akan menghiasi setiap kebijakan Eri Cahyadi-Armuji,” ujarnya.
”Garis kebijakan itulah yang menjelaskan mengapa PDIP tak bisa dipecah-belah, karena rakyat melihatnnya ke partai, bukan ke orang per orang yang larut dalam politik pecah-belah pihak lawan,” tegas Anas.
