Sabtu, 02 March 2019 07:53 UTC
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Foto: Kemenag.go.id
JATIMNET.COM, Makassar - Menteri Agama Lukman Saifuddin mengapresiasi Sidang Tanwir Muhammadiyah dan Munas Alim Ulama NU yang telah digelar baru-baru ini.
Kedua ormas keagamaan terbesar di nusantara ini sama-sama menegaskan pentingnya menjaga komitmen keislaman dan kebangsaan.
Lukman mengatakan baik Muhammadiyah mauoun NU menegaskan kesamaan pandangan bahwa Pancasila sebagai dasar ideologi berbangsa dan bernegara tidak bertentangan dengan keyakinan dan praktik keagamaan Islam.
BACA JUGA: PP Muhammadiyah Pilih Jaga Jarak Politik
Mempraktikkan nilai Pancasila dengan baik sama artinya dengan menjalankan prinsip pokok ajaran Islam. "Saya sangat mengapresiasi Muhammadiyah dan NU yang sama-sama menegaskan bagaimana mewujudkan kehidupan politik yang berkeadaban luhur disertai jiwa ukhuwah, damai, toleran, lapang hati," ujar Menag di Makassar, Sabtu 2 Maret 2019.
Kedua ormas ini, kata Lukman, mengajak untuk menghindarkan diri dari praktik-praktik tercela seperti ujaran kebencian, permusuhan, dan menyebarkan berita bohong (hoaks), yang diyakini bertentangan dengan prinsip hifz al-‘aql (menjaga akal) dalam syariat Islam.
Ia mengatakan penegasan terhadap keislaman dan kebangsaan tersebut sangat penting untuk memperkuat komitmen terhadap demokrasi, yang salah satu ritualnya melaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu), yang mulai tahun ini diselenggarakan secara serentak.
Dengan berdasar pada komitmen keislaman dan kebangsaan itu, Menag mengimbau agar pemilihan umum tidak dijadikan ajang mempolitisasi isu-isu agama sebagai alat pemecah belah masyarakat.
BACA JUGA: Jokowi: Muhammadiyah Banyak Lahirkan Pahlawan Nasional
Ia juga mengapresiasi komitmen yang senafas dari para alim ulama NU dan Muhammadiyah untuk mempromosikan kepada dunia internasional terkait karakter beragama Muslim Indonesia.
"Karakter keislaman yang menekankan pada prinsip-prinsip perdamaian, toleransi, dan moderasi, meski dengan jargon dan ekspresi yang berbeda-beda," katanya.
NU mengekspresikan komitmen ini melalui jargon Islam Nusantara, yang menekankan karakter tawasuth (moderat), tawazun (berimbang), dan tasamuh (toleran).
Sedangkan Muhammadiyah menyampaikannya melalui jargon Islam Berkemajuan, yang bertujuan untuk menghadirkan Islam sebagai agama pencerahan, pembangun kemajuan dan peradaban (din al-hadlarah), serta menjadi solusi untuk mengakhiri konflik kemanusiaan.
BACA JUGA: PBNU bersyukur KH Ma’ruf Amin Dampingi Jokowi
Para alim ulama NU maupun Muhammadiyah bersepakat menyerukan kepada seluruh umat untuk mengedepankan persaudaraan, menghindari permusuhan antar sesama anak bangsa.
Selain itu, mengedepankan beragama yang mencerahkan. Para alim ulama NU secara khusus menggaungkan kembali pentingnya menjaga persaudaraan kemanusiaan.
Selain membahas persoalan keagamaan, baik Muhammadiyah maupun NU juga merekomendasikan sejumlah saran dan perbaikan terkait program dan kebijakan Pemerintah di bidang ekonomi dan lainnya.
