Senin, 26 October 2020 09:00 UTC
Ketua Tim Pemenangan Kelana-Astutik, Masnuh
JATIMNET.COM, Sidoarjo - Ketua Tim Pemenangan Kelana-Astutik, Masnuh menilai, beda pilihan dalam Pilkada bagi warga Nahdlatul Ulama (NU) itu hal yang biasa saja. Mantan Bendahara PBNU itu meminta tidak ada paksaan untuk memilih salah satu pasangan calon.
Pernyataan Masnuh ini menanggapi pernyataan mantan Ketua KPU Sidoarjo, M Zainal Abidin. Beberapa waktu lalu Zainal yang kini berada di kubu paslon Ahmad Muhdlor-Subandi menyebut orang NU kalau tidak mendukung calon dari PKB, maka orang NU tersebut adalah pengkhianat.
"Karena seharusnya PKB yang harus nurut NU, bukan NU nurut PKB. Ini kebalik. Ya sesuai dengan pengajiannya Kiai Hasyim Muzadi kan seperti itu," ujar Masnuh tertulis, Senin 26 Oktober 2020.
Menurutnya, pernyataan seperti ini melukai Nahdliyyin, sapaan warga NU. "Apalagi dalam NU tak ada istilah khianat. Kalau orang salah saja tabayyun dulu, kalau sudah minta maaf ya sudah," imbuhnya.
BACA JUGA: Kelana-Dwi Astutik Dapat Dukungan dari Paman Gus Muhdlor
Sementara, Pengarah Tim Bintang Sembilan Berkelas, H Ahmad Khoiri mengatakan, tidak seharusnya Nahdliyyin yang tidak mendukung calon dari NU disebut pengkhianat. Pernyataan itu, menurutnya, rawan menimbulkan kegaduhan. "Kalau seperti itu kan maka banyak yang dikategorikan pengkhianat-pengkhianat," kata Khoiri.
NU, kata dia, berbeda dengan partai. Di sejumlah daerah yang menggelar Pilkada serentak banyak kader NU yang justru berangkat dari beda partai. Wajar apabila perbedaan pilihan selayaknya tidak menjadi persoalan. "Nah kita sebagai NU itu ada di mana-mana. Enggak ada masalah, yang penting kita lewat dari mana pun siapa yang jadi tetap kader NU," tandasnya.
Di Pilgub 2018 misalnya, dua calon gubernur berasal dari kalangan NU. Saifullah Yusuf dan Khofifah Indar Parawansa sama-sama berangkat dari latar belakangan Nahdliyyin, namun berbeda partai. "Nah, kemudian Bu Khofifah jadi. Apa Bu Khofifah itu pengkhianat? Ya endaklah. Itu ya, saya rasa begitu," tegasnya.
Zainal sendiri telah dilaporkan kader Muslimat NU Kecamatan Krian, Tri Pujiati alias Fitri ke Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) setempat, Kamis 23 Oktober 2020, karena dinilai mencederai dan menyakiti hati warga NU.
