Minggu, 22 May 2022 07:40 UTC
Salah satu mahasiswa arsitektur UK Petra saat mencoba membuat teknis lengkung bambu dengan cara digeges dan konsep sekala
JATIMNET.COM, Surabaya - Mahasiswa Program Studi (Prodi) Arsitektur Universitas Kristen (UK) Petra bersama komunitas Sahabat Bambu menggelar Service Learning dan Joint Workshop dengan tema ‘Desain Bambu Konstruksi Lengkung’ di Desa Mojotrisno, Jombang, mulai 21 - 23 Mei 2022.
“Sebelumnya para mahasiswa telah melakukan public hearing dengan para warga untuk menentukan desain yang dipilih. Lalu dibuat secara nyata dan bertahap mulai tanggal 21 Mei 2022 dengan teman komunitas Sahabat Bambu,” kata Dosen Prodi Arsitektur UK Petra sekaligus Koordinator Program, Bram Michael Wayne saat ditemui di sela workshop.
Bersama Altrerosje Asri yang juga Dosen Arsitektur UK Petra, keduanya membimbing mahasiswa semester 6 dengan jumlah 22 orang itu selama berada di desa yang terkenal dengan julukan Kampung Batik Warna Alam tersebut.
“Dipilih lokasi ini karena ini sebagai jalan utama untuk masyarakat dari luar Mojotrisno datang ke desa batik, sehingga tempat atau desainnya ini sendiri harapannya menjadi point of view atau tetenger (penanda) bagi orang yang datang berkunjung ke sini,” ia menjelaskan.
Baca Juga: Bikin iri! Launching Empat Laboratorium Sekaligus, Ikom UK Petra Siap Kolaborasi
Sebagai informasi, selain dikenal sebagai Kampung Batik Warna Alam, Mojotrisno sendiri pernah meraih penghargaan Desa Berseri (Berseri dan Lestari) tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2021 untuk kategori Pratama, lantaran memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) bambu yang cukup banyak. Namun sayang penggunaan bambu tersebut belum dikembangkan secara maksimal.
“Alasan khusus dipilih bambu karena tempat ini kita lihat tanaman bambunya cukup banyak, dan warga pun sudah mulai untuk memakai itu meskipun hanya sederhana sebagai pagar dan lain-lain. Sehingga kita memutuskan pakai bambu saja. Karena untuk keberlanjutannya dan untuk keberadaan SDA-nya sudah cukup mumpuni,” ia memaparkan.
Berdasar itulah, para mahasiswa ini bersama komunitas Sahabat Bambu secara bertahap membuat pos santai (pos cangkruk) bagi warga dengan berbahan bambu. Menggunakan teknik bambu lengkung, pos ini berukuran 4x7 meter dengan ketinggian mencapai 3 meter. Bangunan ini bisa digunakan warga Desa Mojotrisno, Jombang, untuk banyak hal. Mulai dari bermain bersama anak, ronda hingga pameran batik.
“Bambu ini mau dibuat tempat seperti gazebo atau shelter berjuluk SEKALA (Sentra Edukasi Batik Warna Alam), di mana warga bisa pakai untuk cangkruk, kumpul-kumpul, juga untuk mengenalkan turis atau pendatang yang mungkin datang ke sini, dan juga sebagai tempat pameran batik mereka. Untuk pengerjaan, estimasi tiga hari sampai tanggal 23 Mei 2022,” ia menerangkan.
Baca Juga: UK Petra Launching Empat Laboratorium Berstandar Profesional Industri dan Transformasi Digital
Mengingat dalam pembuatan bangunan menggunakan teknik bambu lengkung ini tak mudah, sehingga dibutuhkan cara khusus agar bambu bisa melengkung dengan baik tanpa patah dan tahan lama. Perwakilan Sahabat Bambu, Joko menyebut ada beberapa metode atau cara melengkungkan bambu, yaitu dengan sistem pembakaran, sistem geges, atau dengan menggunakan bambu split yang lebih lentur.
“Jenis bambu banyak. Ada bamboo kali, bambu petung, bambu wulung, dan masih banyak lagi. Sementara jenis bambu yang ada di sekitar sini (Desa Mojotrisno) hanya bambu ori, makanya kita menggunakan bambu itu. Untuk cara melengkungkan bambunya dengan sistem digeges, yaitu digergaji setengah dan disisakan 4-5 senti untuk di lem,” kata Joko.
Menurutnya, dalam pembuatan SEKALA membutuhkan lebih kurang 30-40 bambu. Kendati demikian, jumlah tersebut hanya untuk konstruksi atau rangkanya saja, tidak termasuk pelupuhnya (penutup atap).
Sementara itu, Evelyn Tania, salah satu mahasiswa Prodi Arsitektur UK Petra yang turut dalam kegiatan tersebut mengaku antusias. Pasalnya, ini menjadi kali pertama dirinya mengenal material bambu, sifat-sifat dari karakter bamboo, dan cara supaya bambu bisa melengkung.
Baca Juga: Tiga Mahasiswa UK Petra Raih Beasiswa MBUS, Kuliah Online di Kampus Internasional
“Cukup seru, belajar hal baru, soalnya pengalaman pertama menggergaji bambu. Sebelumnya megang bambu aja nggak pernah. Karena kita baru pertama kali jadi menggergajinya masih salah-salah, tapi dibetulin juga sama komunitas Sahabat Bambu. Kita semua diajarin perlahan dari cara motong gimana, megang gergajinya gimana, benar-benar detail,” kata Evelyn.
Dengan adanya pembelajaran Service Learning dan Joint Workshop ini, mahasiswa dapat mengasah hardskill-nya karena bisa langsung praktik cara menggergaji, melengkungkan, dan menyambungkan bambu. Mereka juga bisa langsung paham mengenai sifat bambu yang unik dan sangat kaya di Indonesia. Sehingga bisa dijadikan alternatif desain yang lebih bervariasi dan tereksplorasi ke depannya.
Sedangkan warga Desa Mojotrisno, Jombang, kegiatan tersebut dapat mengajarkan mereka untuk lebih kreatif dengan teknik. Serta belajar menghasilkan karya dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki desanya, seperti bambu ini misalnya.
Terkait hal tersebut, Kepala Desa Mojotrisno Nanang Sugiarto mengaku sangat senang terlebih saat pemerintah desanya ada kemitraan yang terbangun dengan akademisi, yaitu UK Petra. Ia menilai banyak hal-hal baru yang mungkin tidak sempat dipikirkan oleh warganya, hingga akhirnya dengan mitra ini membuat ide-ide tersebut muncul.
“Bangunan SEKALA ini nanti menjadi ikon tambahan di sini, karena yang sebelumnya sudah ada batik tulis dan kerajinan tanah liat tembikar. Sehingga ini juga merupakan aksen tambahan yang nantinya akan digunakan sebagai workshop batik. Termasuk perkenalannya kampung ataupun promosi desa wisata ya dari SEKALA situ, akan disampaikan di situ,” kata Nanang memungkasi.
