Sabtu, 02 November 2019 14:32 UTC
BEDAH BUKU. Ketua LTN NU Jember, Fauzinuddin Faiz, Komisioner KPK Nurul Ghufron, pengasuh PP Raden Rahmat Sunan Ampel, Kiai Ahmad Nafij dan penulis buku Dr Mirhabun Nadir dalam bedah buku yang dihelat Matan dan LTN NU Jember. Foto: Adi Faizin
JATIMNET.COM, Jember - Wakil Ketua KPK terpilih Nurul Ghufron menyebut pencegahan korupsi tidak hanya dilakukan melalui pembenahan sistem, tetapi harus didasari pada kemauan individu untuk tidak melakukan korupsi.
"Karena sebagus apapun sistem, individunya bisa mencari celah. Di sinilah pentingnya pendidikan kita mencetak sarjana yang berkarakter, sehingga bisa kebal dari godaan korupsi," ujar Nurul Ghufron saat menjadi pembicara dalam diskusi dan bedah kitab di Pondok Pesantren Raden Rahmat Sunan Ampel (PPRSA), Jember, Jawa Timur, Sabtu 2 November 2019.
Menurutnya, orientasi pendidikan perlu juga diarahkan untuk menghasilkan sarjana yang berintegritas. Sistem pendidikan yang semata-mata berorientasi pada mengejar nilai dan gelar semata tanpa melihat proses di baliknya bisa berpotensi menghasilkan sarjana yang terlibat korupsi suatu saat nanti.
"Koruptor kita rata-rata mungkin yang IPK nya tinggi, tetapi mereka bisa terjerumus pada godaan korupsi. Ini berbeda misalnya, dengan para pendahulu kita, seperti Bung Karno dan KH Hasyim Asyari. Kenapa? Karena mereka cinta pada NKRI ini," tutur Ghufron yang juga menjadi Ketua Mahasiswa Ahli Thoriqoh An-Nahdliyah (Matan) Jember ini.
BACA JUGA: Komentar KPK Terkait Viralnya Video Perusakan Buku Merah
Rasa cinta terhadap negara yang begitu besar bisa menjadi energi untuk ditransformasi sebagai sikap anti korupsi. Karena itu, Ghufron yang juga besar di lingkungan nahdliyin itu berharap seluruh warga NU turut berkontribusi pada gerakan anti korupsi.
"Kita sering meradang ketika ada radikalisme. Saya mengajak warga NU buktikan rasa cinta pada negara, hubbul wathon minal iman agar tidak sekadar menjadi jargon. Kalau NU saja seluruhnya tidak terlibat korupsi, insyaallah Indonesia akan lebih baik," kata Ghufron yang disambut antusias peserta diskusi.
Diskusi yang digelar Matan dan lLmbaga Ta'lif Wa Nasyr (LTN NU) Cabang Jember tersebut mengkaji sebuah buku kitab "Bi Hubbin Nabi Muhammad Shollahu 'Alaihi Wa Sallam".
Kitab tersebut menyajikan pembahasan seputar hadis tentang profil Nabi Muhammad SAW yang menurut penulisnya belum banyak diketahui oleh masyarakat.
BACA JUGA: Merebut Kembali Aset Pemkot Surabaya
"Nabi itu tidak identik dengan fashion budaya Arab misalnya. Tidak selalu Nabi menggunakan jubah putih," tutur Dr Mirhabun Nadir, sang penulis kitab.
Melalui kitab tersebut, Nadir juga mengkritik cara pemahaman keagamaan sebagian umat Islam yang menurutnya terlalu kaku dan tekstual sehingga dirasa kurang cocok diterapkan di Indonesia.
Meski sekilas tampak "kontroversial", Nadir menegaskan bahwa hadis-hadis yang digunakan dalam kitab berbahasa Arab tersebut dapat dipertanggungjawabkan, karena dirujuk dari sumber yang otentik.
"Saya ingin sampaikan dalam titik tertentu, kemanusiaan itu lebih tinggi daripada transendental. Seperti misalnya ketika salat lalu dipanggil oleh ibu, kita bisa jawab, dan tidak batalkan salat," tutur doktor studi Islam dari Universitas Islam Malang (Unisma) ini.
BACA JUGA: Akademisi Desak Presiden Segera Keluarkan Perppu KPK
Ketua LTN NU Jember Fauzinuddin Faiz sebagai pembanding menyatakan, kitab tersebut layak diapresiasi karena menyajikan alternatif-alternatif pandangan keagamaan yang berbeda di masyarakat.
"Tetapi perlu ada kompromi dalam menyikapi hadis-hadis yang seolah bertentangan. Caranya, dengan menghadirkan semuanya dan dilengkapi dengan konteksnya," tutur mahasiswa program doktor di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Upaya menghadirkan konteks sabda dan laku Nabi Muhammad tersebut, menurut Fauzinuddin, dilanjutkan dengan penyesuaian pada akulturasi budaya bangsa Indonesia.
"Dengan demikian, akan menghadirkan titik temu di antara keduanya. Sehingga pemahaman keislaman menjadi lebih utuh dan komprehensif," papar dosen ushul fiqh di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Jember ini.
