Logo

Kesiapan Hadapi Ancaman Bencana Tentukan Besar Kecilnya Dampak yang Diterima

Sambut Hari Kesiapsiagaan Bencana
Reporter:,Editor:

Selasa, 26 April 2022 07:40 UTC

Kesiapan Hadapi Ancaman Bencana Tentukan Besar Kecilnya Dampak yang Diterima

SIMULASI: Sejumlah petugas saat melakukan simulasi penanganan terhadap korban bencana di Hari Kesiapsiagaan Bencana, Selasa 26 April 2022.

JATIMNET.COM, Surabaya - BPBD bersama Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan menggelar simulasi penanganan bencana, Selasa 26 April 2022, dalam rangka Hari Kesiapsiagaan Bencana.

Kala itu digambarkan ada bencana hingga ada yang terluka, dan BPBD menolong mereka. Saat itu juga ada sejumlah korban bencana yang harus loncat dari ketinggian karena sudah terjebak. Ia loncat dari ketinggian yang mana di bawahnya sudah dipasang rescue air cushion oleh petugas.

Hadir dalam simulasi tersebut, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan bahwa saat ini waktunya kembali menyiapkan diri dalam menghadapi ancaman bencana, kesiapsiagaan bencana perlu dibangun sejak dini, dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga.

Menurutnya, Kota Surabaya ini memiliki resiko dalam ancaman bencana, di antaranya angin kencang yang mengakibatkan pohon tumbang, banjir rob/pasang air laut, cuaca ekstrem, dan gempa bumi, juga bencana non-alam seperti kecelakaan, kebakaran, dan pandemi.

“Kesiapan masyarakat menghadapi ancaman menentukan besar kecilnya resiko dan dampak bencana yang akan diterima,” kata Eri, Selasa 26 April 2022.

Sarana prasarana pendukung penanganan bencana pun telah disiapkan, yaitu 63 puskesmas dan unit-unit ambulans, 5 rayon dan 16 pos pembantu pemadam kebakaran yang dilengkapi dengan 86 unit pemadam kebakaran, termasuk unit Bronto Skylift yang bisa menjangkau ketinggian 42 meter, 55 meter, dan 104 meter.

“Selain itu, pintu air dan rumah pompa juga disiagakan, 7 posko terpadu dan 16 pos pantau, monitor pemantau cuaca yang terpasang di pesisir Surabaya, dan Command Center 112 yang 24 jam dapat dihubungi warga secara gratis untuk kejadian darurat dan bencana,” ia mengungkapkan.

Sedangkan di tengah-tengah masyarakat, secara rutin telah dilakukan edukasi pengurangan resiko bencana, di antaranya pembinaan dan pelatihan penanggulangan bencana di tingkat Dasa Wisma, pembentukan Kelurahan Siaga Bencana, sosialisasi mitigasi bencana di sekolah-sekolah, perkantoran, gedung bertingkat, dan dilanjutkan dengan simulasi bencana.

“Jadi, kita melakukan pemberdayaan relawan dan masyarakat untuk ikut serta melakukan kesiapsiagaan bencana, sehingga tanggungjawab untuk menyelamatkan kota ini dari bencana, baik bencana kebakaran maupun bencana alam tidak hanya pemkot," ujarnya.

"Tapi setiap kampung mengetahui apa yang harus dikerjakan ketika terjadi bencana, pasti akan lebih cepat penanganan kalau gini,” ia imbuhnya.

Penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab bersama, yaitu pemerintah daerah, unsur masyarakat, dunia usaha, akademisi, serta media massa. Masyarakat diajak untuk meningkatkan kapasitas dengan dibekali pengetahuan mengenali risiko dan ancaman bencana di wilayahnya masing-masing.

Seperti keterampilan untuk menyelamatkan diri dan mampu bertahan, serta bangkit pulih dengan cepat membangun kembali kehidupannya setelah terkena bencana.

“Hari Kesiapsiagaan bencana ini bukanlah kegiatan seremonial semata. Namun, ini harus menjadi alarm buat kita untuk selalu siap dan sigap dalam menghadapi bencana,” ia menegaskan.