Selasa, 28 April 2020 02:00 UTC
Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sidoarjo, dr Benjamin Kristianto MARS
JATIMNET.COM, Surabaya - Rapid test jadi salah satu alat untuk menguji seseorang terserang Covid-19 atau tidak. Bukan yang paling akurat, namun setidaknya alat ini sebagai pendeteksi awal.
Lantas seperti apa rapid tes yang benar untuk mendapatkan hasil yang tepat dan akurat? Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sidoarjo, dr Benjamin Kristianto MARS mengatakan, teknik rapid test yang benar adalah tidak langsung menggunakan darah segar (fresh Whole blood).
Darah segar yang diambil tidak langsung diteteskan ke alat rapid test. Tetapi pemeriksaan sebaiknya menggunakan serum atau plasma. Mengingat antibodi yang diperiksa itu adalah immunoglobulin G (IgG) dan Immunoglobulin M (IgM).
"Dilihat apakah sudah ada Immunoglobulin G/ M, antibodi untuk melawan virus. Itu yang diperiksa," ujar Benjamin dalam siaran persnya, Minggu 27 April 2020.
BACA JUGA: Surabaya Patroli Skala Besar, Ketahuan Nongkrong Wajib Rapid Test Covid-19
Dokter yang juga politisi Partai Gerindra itu menuturkan, IgG dan IgM sebenarnya tidak ada di seluruh darah. Tetapi antibodi ini ada di plasma atau serum tersebut. "Darah itu terdiri dari sel darah dan cairan plasma atau serum. Antibodi itu tidak ada di sel. Tetapi adanya di plasma atau serum," terangnya.
Kemudian, lanjutnya, saat meneteskan darah segar itu pada alat rapid test akan tertutup oleh sel, sehingga tingkat plasma berkurang atau tidak bisa menyerap. Meskipun nanti ditetesi deluent/buffer atau tetesan untuk mencairkan.
"Berarti kadarnya berkurang. Lha kadarnya kurang ini menyebabkan seolah-olah negatif. Padahal bukan negatif tetapi kadar yang digunakan untuk mengetes antibodi tersebut kurang banyak," ungkapnya.
Pemilik RS Sheila Medika, Juanda, Sidoarjo itu menerangkan, teknik rapid test yang lebih tepat adalah mengambil darah itu lalu dilakukan sentrifugasi (diputar dengan alat) dengan kecepatan tinggi. Dengan begitu terpisahlah antara sel dengan plasma.
BACA JUGA: Surabaya Patroli Skala Besar, Ketahuan Nongkrong Wajib Rapid Test Covid-19
Kemudian plasma yang diambil bisa diteteskan ke alat rapid test, sehingga kandungan immunoglobulin lebih pasti dan tepat. Untuk serum / plasma cukup 10 ul sedangkan untuk whole blood harus 2/3 kali lebih banyak. "Itu mencegah terjadinya false negatif. Padahal bukan negatif. Tetapi kadarnya kurang," tuturnya.
Beda halnya hasil rapid test positif karena hasil tersebut biasanya tepat. Orang yang dinyatakan positif covid-19 langsung diisolasi dan diawasi untuk mendapatkan perawatan medis.
Dalam memeriksa rapid test harus memperhatikan kualitas alat rapid dan teknik melakukan proses pemeriksaan itu. "Supaya tak percuma membeli rapid atau melakukan pemeriksaan tapi hasilnya False," kata Benjamin yang juga anggota DPRD Jatim tersebut.
Di tengah pandemi covid-19 memang teknik pengujian dengan rapid tes semakin marak. Banyak layanan kesehatan yang beramai mendatangkannya impor, seperti Cina dan Korea Selatan.
Bila pemeriksaan rapid test kurang tepat, hasilnya false negatif atau salah. Sehingga bukannya mendapat jawaban untuk tindakan selanjutnya, melainkan membuat seseorang justru merasa tidak terinfeksi virus Corona.