Senin, 01 July 2019 02:35 UTC
Ilustrasi kemarau. [pexels]
JATIMNET.COM, surabaya – Perubahan suhu udara di Surabaya saat musim kemarau beberapa pekan terakhir dipengaruhi beberapa hal. Selain karena adanya pergeseran posisi matahari yang menjauh dari garis khatulistiwa, juga karena banyaknya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di kota ini.
Kepala Kelompok Forecaster Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) Maritim Perak II Surabaya, Ari Widjajanto menyampaikan, suhu udara di Surabaya pada siang hari bisa mencapai 32 derajat celsius dan ketika malam hingga pagi antara 23-24 derajat celsius.
BACA JUGA: Tips Aman Mendaki Ijen Saat Suhu Ektrem
“Ya itu karena memang jauh mataharinya. Dan semakin banyak RTH di Surabaya, kualitas udara juga semakin bagus,” kata Ari saat dikonfirmasi melalui telepon, Senin 1 Juli 2019.
Ari mengungkapkan, perubahan suhu udara ini biasa terjadi saat peralihan cuaca pada bulan Mei ke Juni. Hal ini disebabkan posisi gerak semu matahari yang cenderung lebih jauh dari garis khatulistiwa di belahan bumi bagian utara.
"Posisi di wilayah Indonesia memasuki fenomena alam angin timur atau musim kemarau. Karena di sebagian besar wilayah Indonesia berada di posisi selatan equator (garis khatulistiwa), maka dari itu terjadi musim kemarau,” kata Ari.
BACA JUGA: Hilangkan Udara Beracun di dalam Rumah dengan Buka Jendela Setiap Hari
Berbeda saat musim hujan yang suhunya cenderung panas, kata Ari, sebab di musim penghujan matahari cenderung berada di posisi tepat di atas garis khatulistiwa dan terjadi penguapan yang sangat tinggi, sehingga terbentuk awan hujan yang menutupi atmosfer bumi.
Ari mengimbau selama musim kemarau perlu mewaspadai kekeringan. Bahkan Surabaya pun diprediksi akan mengalami kekeringan, BMKG menjelaskan di kawasan Lakarsantri, Benowo dan Pakal, rawan terdampak kekeringan. Itu disebabkan tidak adanya aliran air yang menyuplai kawasan tersebut.
BACA JUGA: Suhu Udara di Puncak Ijen Dua Derajat Celsius
Selain itu, angin kencang yang mengakibatkan gelombang tinggi dan angin puting beliung juga patut diwaspadai oleh masyarakat saat beraktivitas di luar ruangan.
“Angin kencang akan terjadi, kami imbau masyarakat untuk tidak membakar sampah sembarangan. Kekeringan juga bisa melanda beberapa wilayah di Surabaya,” kata dia.
Angin kencang di musim kemarau, kata Ari, juga menyebabkan beberapa wilayah pesisir mengalami gelombang tinggi.
BACA JUGA: Suhu Udara Surabaya Lima Tahun Terakhir
“Di bulan Juli terjadi peningkatan-peningkatan kecepatan angin dan tinggi gelombang pun akan meningkat,” pungkasnya.
Meskipun sudah memasuki mesim kemarau, Ari menjelaskan masih ada beberapa wilayah di Indonesia yang masih turun hujan. Di antaranya ada di kepulauan, Sumatera, Sulawesi, Papua, dan Maluku.
“Tidak serta merta seluruh Indonesia mengalami musim kemarau, bahkan ada beberapa wilayah yang masih hujan dan terjadi banjir juga,” kata dia.