Senin, 29 July 2019 15:30 UTC
Ilustrasi kekeringan. [dok]
JATIMNET.COM, Surabaya - Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengingatkan pemerintah daerah memperhatikan pembangunan wilayahnya dengan ketersediaan air.
Menteri Perencanaan Pembangunan/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan, masalah keragaman hayati paling serius saat ini adalah kelangkaan air. Di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara kelangkaan air semakin meluas.
“Kelangkaan air sudah serius. Di Jakarta dan Jawa Timur adalah yang paling serius kalau soal air. Baik dari sumber maupun kualitas air turun,” ujar Bambang Brodjonegoro saat memberikan paparan Konsultasi Regional RPJMD 2020-2024 di Surabaya, Senin 29 Juli 2019.
BACA JUGA: KLHS Penting untuk Kuatkan Cadangan Air
Data Bappenas, wilayah yang krisis air terus meluas. Tahun 2000 proporsi wilayah krisis di Indonesia sebesar 6 persen, diperkirakan meningkat menjadi 9,6 persen pada 2045.
Sementara di Pulau Jawa rata-rata ketersediaan air 26 tahun lagi sudah sangat langka atau kritis. Tahun 2000 ketersediaan air 8.365.511 meter kubik per kapita per tahun. Terus turun di 2020 menjadi 6.302.563 meter kubik per kapita per tahun. Pada 2045 turun drastis 4.458.221 meter kubik per kapita per tahun, atau di level merah.
Sementara pengeboran air tanah yang dilakukan justru dapat menurunkan permukaan tanah. “Tanah di Jawa jenisnya alluvium, tanah lunak. Jakarta sudah turun 6 sentimeter per tahun, dan sudah terjadi di Semarang banjir rob,” ungkapnya.
BACA JUGA: Meluasnya Tambang Gerus Resapan Air dan Kerusakan Lingkungan
Bappenas pun menyarankan, pemerintah daerah agar mempertimbangkan pembatasan pembangunan di kawasan karst. Mengingat seluruh airnya sudah mulai kritis.
Selain itu, Bambang menambahkan, pemerintah daerah juga memperhatikan keseimbangan pasokan air antar daerah. “Ada daerah kelebihan air, ada yang kekurangan air. Sementara tidak ada saluran untuk menyalurkan air,” kata Bambang.
Ia menyontohkan, di Bromo dan Semeru misalkan, kelebihan air di Semeru belum secara maksimal di salurkan ke Bromo. Padahal sebagai daerah wisata Bromo dikategorikan kekurangan air. Seharusnya ada saluran yang dapat mengalirkan air.
