Jumat, 30 August 2019 09:48 UTC
AIR: Warga sedang mengantri air bersih. Foto: Gayuh S.W
JATIMNET.COM, Ponorogo – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo mencatat ada 22 desa di 10 kecamatan meminta pasokan air bersih hingga Agustus 2019. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun lalu di periode yang sama sebanyak 14 desa di delapan kecamatan.
BPBD pun menyiagakan mobil tangki untuk distribusi air lantaran kemarau belum berakhir.
22 Desa tersebut adalah Desa Duri, Desa Tugurejo, Desa Kambeng, Desa Slahung, Desa Caluk, Desa Ngilo-Ilo, Desa Menggare (Kecamatan Slahung), Desa Suren (Kecamatan Mlarak), Desa Tulung (Kecamatan Sampung), Desa Karangpatihan (Kecamatan Pulung), Desa Dayakan (Kecamatan Badegan), Desa Ngendut, Desa Pandak, Desa Karangpatihan (Kecamatan Balong), Desa Pelem, Desa Munggu, Desa Bungu (Kecamatan Bungkal), Desa Tumpuk, Desa Sawoo, Desa Prayungan (Kecamatan Sawoo), Desa Mrican (Kecamatan Jenangan), dan Desa Gabel (Kecamatan Kauman).
BACA JUGA: Kemarau, BPBD Probolinggo Kembali Bagikan Air Bersih ke Desa Bulujaran
Dengan jumlah desa yang bertambah banyak, maka BPBD dibantu dengan PDAM dan PMI harus mengantar 51 tangki air ke 22 desa tersebut setiap minggunya.
Adapun rinciannya BPBD bertugas membagi air ke 14 desa sedangkan PDAM membagi ke tujuh desa, dan PMI menyuplai satu desa. “Setiap hari kami terus bergantian melakukan droping air dengan mobil tangki berkapasitas 6 ribu liter,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo Setyo Budiono, Jumat 30 Agustus 2019.
Budi sapaan akrabnya menuturkan jika jumlah pengiriman ini akan terus bertambah dikarenakan musim kemarau diprediksi akan berlanjut sampai dengan akhir September.
BACA JUGA: Kemarau Tahun 2019 Lebih Panjang
Namun pihaknya juga bersiap-siap jika kemarau akan lebih panjang. Bertambahnya jumlah distribusi air bersih ini membuat anggaran droping air bersih dari BPBD terus membengkak.
Jika tahun lalu pada bulan yang sama menghabiskan dana Rp 35 juta, tahun ini untuk distribusi yang dimulai pada Juli lalu telah menghabiskan anggaran senilai Rp 50 juta.
“Persiapan dana kami sebesar Rp 100 juta, dan diambil dari APBD,” tuturnya. Budi berharap musim kemarau segera berakhir agar kekeringan tidak semakin meluas.
Pasalnya tidak semua daerah terdampak kekeringan memiliki embung atau tempat penyimpan air. Bahkan di beberapa desa warganya mengantri langsung ketika mobil tangki datang. “Ada juga yang swadaya membuat penampung sementara dari terpal,” pungkasnya.
