Kamis, 14 July 2022 23:40 UTC
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir .Foto. Nd. Nugroho
JATIMNET.COM, Madiun - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa kekerasan seksual yang terjadi di pesantren sebagai indikator belum berhasilnya pendidikan karakter.
“Katanya pendidikan sudah maju, fasilitas sudah maju dan sekarang menerapkan kurikulum Merdeka. Tapi ternyata masih ada pelecehan (seksual)," kata dia usai peresmian Komplek Perguruan Muhammadiyah MI dan SMP Muhammadiyah di Caruban, Kabupaten Madiun, Kamis, 14 Juli 2022.
BACA JUGA : Kasus Anak Kiai Jombang Diduga Cabuli Santriwati Akan Segera Disidang
Oleh karena itu, ia mendesak agar institusi terkait di pemerintahan lebih intensif menerapkan pendidikan karakter. Para siswa, santri dan para pengajar dituntut membiasakan menjalankan nilai-nilai agama, budaya, dan nilai luhur bangsa dalam bersosialisasi.
“Ada beberapa kasus (kekerasan seksual) itu menunjukkan bahwa kita harus membangun karakter sebagai basis nilai,” ujar Haedar.
Dengan pendidikan karakter yang ditekankan secara masif, maka diharapkan mampu menjadikan lembaga pendidikan lebih beradab Kemudian, mampu melahirkan generasi bangsa yang memiliki budi pekerti luhur.
“Termasuk nanti, jadi apapun (pekerjaannya) dia (murid) tidak korupsi, tidak melecehkan orang lain," ucap Haedar.
BACA JUGA : Anak Kiai Diduga Cabuli Santri, Izin Pesantren di Jombang ini Dicabut
Untuk itu, institusi terkait seperti Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi diminta melakukan pengawasan kepada lembaga pendidikan secara intens. Hal ini untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan di sekolah maupun pesantren.
“Kasus - kasus seperti ini dijadikan dasar untuk memperkuat basis pendidikan karakter," ujar Haedar.