Logo

Jumlah Sampah Meningkat saat Pandemi

Reporter:,Editor:

Senin, 22 February 2021 01:00 UTC

Jumlah Sampah Meningkat saat Pandemi

INFUS BEKAS. Limbah medis berupa selang infus bekas ditemukan dibuang sembarangan di bantaran sungai Dinoyo, Desa Dinoyo, Kec. Jatirejo, Kab. Mojokerto, saat kerja bakti Hari Peduli Sampah Nasional, Jum'at, 21 Februari 2020. Foto: Karin/Dokumen

JATIMNET.COM, Surabaya - Peralatan medis menjadi gaya hidup di tengah pandemi Covid-19. Penggunaan masker dan sarung tangan menjadi kewajiban.

Pun dengan alat pelindung diri yang sering dijumpai dipakai baik petugas medis di sejumlah tempat. Namun kini yang menjadi masalah yakni soal sampahnya.

Pegiat lingkungan dari Kampung Edukasi Sampah, Sidoarjo, Edi Priyanto memberikan cara mengelola sampah di masa pandemi Covid-19, seperti halnya masker dan sarung tangan.

"Perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat tentang hal ini," ujar Edi dalam acara seminar daring memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), Minggu 21 Februari 2021.

Baca Juga: Pandemi, Limbah Medis Covid-19 Meningkat Empat Kali Lipat

Menurut Edi yang perlu diperhatikan cara mengelola sampah pandemi, memisahkan sampah medis dengan non medis. Masker bekas digunting talinya sebelum dibuang agar tidak menjerat hewan. Kemudian ditempatkan dalam wadah atau plastik tertutup agar dapat mengurangi risiko infeksi terhadap petugas kebersihan.

Edi juga membagikan cara mengelola sampah organik warga yang melakukan isolasi mandiri, terutama sampah organik. Pertama harus disiapkan wadah tertutup untuk menyimpan sisa makanan berupa wadah atau plastik khusus yang bisa diikat.

Sampah organik dimasukkan kedalam wadah tersebut. Untuk mempercepat proses penguraian sampah organik tersebut dimasukkan 1-2 botol minuman probiotik atau EM4.

Setelah itu tambahkan material karbon (daun kering, sekam) untuk melanjutkan proses pengomposan agar dapat dimanfaatkan sebagai kompos untuk tanaman.

Baca Juga: Pemerintah Tak Gubris Limbah Medis 

"Sedangkan terhadap sampah anorganik warga yang isolasi mandiri, seperti plastik, botol air mineral, kertas bekas kemasan makanan, diawali dengan proses merusaknya dengan menggunting atau sejenisnya agar tidak dapat dipakai ulang," ungkapnya.

Setelah itu dilakukan proses pemilahan sesuai jenis barang seperti plastik, kaca dan kertas. Lalu simpan sesuai dengan jenisnya dalam satu wadah dengan terlebih dahulu melakukan penyemprotan desinfektan.

"Setelah isoman selesai dilakukan, sampah anorganik bisa disalurkan ke bank sampah untuk didaur ulang," tegasnya.

Edi mengakui, volume sampah akhir-akhir ini semakin meningkat sejak terjadinya Pandemi Covid-19. Peningkatan volume sampah terjadi dari rumah tangga, dengan pemakaian masker, sarung tangan, face shield dan sejenisnya.

Baca Juga: Mahasiswa Australia Temukan Limbah Medis Bekas Tes HIV di Mojokerto

"Fakta yang dijumpai, sampah masker bekas bercampur dengan sampah rumah tangga, hal ini membuat potensi penularan penyakit pandemi pada petugas kebersihan. Disamping mencemari lingkungan juga mempengaruhi ekosistem makhluk hidup lainnya," kata Edi.

Edi yang juga menjabat Direktur SDM Pelindo III itu mengungkapkan, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan jumlah sampah nasional sepanjang 2020 mencapai 67,8 juta ton. Jumlah tersebut meningkat dari rata-rata tahunan yaitu 64 juta ton.

Paling banyak sampah organik yang mencapai 65 persen. Kemudian 15 persen sampah plastik, 10 persen Kertas, dan 10 persen sampah lainnya (logam, kaca dll).

Sedangkan bila dipilah lagi, jenis sampah plastik mencapai sekitar 9 juta ton dan diperkirakan sekitar 3,2 juta ton berupa sedotan plastik. Rata-rata setiap orang menghasilkan sampah 0,7 Kg/orang/hari yang terdiri dari 17 persen sampah plastik.

Baca Juga: Temuan Mikroplastik dalam Biota Laut, Diduga dari Sampah Plastik Sungai

"Cukup banyak dampak negatif atas sampah plastik, di antaranya kresek dengan zat warna hitam, apabila terkena panas terdegradasi mengeluarkan zat penyebab kanker. Juga ketika plastik dibakar akan menghasilkan zat dan gas berbahaya bagi manusia seperti kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan depresi," ungkapnya.

"Demikian juga kandungan timbal dalam plastik apabila bercampur dengan makanan akan menyebabkan kelumpuhan," imbuhnya.

Edi mendorong, pengelolaan sampah yang baik. Tujuannya, untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, serta meningkatkan kualitas lingkungan dan menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Founder dan CEO of Dus Duk Duk M Arif Susanto mendorong generasi muda melakukan inovasi dan kreatifitas dalam memanfaatkan sampah yang ada disekitarnya menjadi lebih berharga dan berdaya guna.

Arif mengajak para millennial untuk turut serta melakukan pengelolaan lingkungan dengan memanfaatkan material bekas atau dari sampah. Ia juga mengajak untuk menggunakan sampah menjadi barang yang lebih berharga dan memiliki nilai komersial lebih tinggi.