Jumat, 13 December 2019 06:15 UTC

GURU BESAR. Prof Nadjadji Anwar, Prof Hidayat Soegihardjo Masiran, Prof Subiono, Prof Mochamad Ashari, dan Prof Imam Robandi. Foto: Lathifiyah
JATIMNET.COM, Surabaya – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menambah dua guru besarnya dari dua bidang ilmu yang berbeda. Yakni guru besar bidang Ilmu Aljabar Max Plus, Subiono dan guru besar bidang Ilmu Teknik Struktur dan Struktur Tahan Gempa Hidayat Soegihardjo Masiran.
Subiono menyampaikan mengenai penelitiannya itu membahas tentang Aljabar Max Plus dan Aplikasinya pada Sistem Transportasi Indonesia. Mengenai mencari solusi alternatif permasalahan transportasi, khususnya jalur kereta api di Surabaya.
"Saya menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus sebagai alat permodelannya," kata Subiono di dalam rilis yang diterima Jatimnet.com, Jumat 13 Desember 2019.
Ia menjelaskan, Aljabar Max Plus merupakan keilmuan berkaitan dengan Sistem Dinamik Event Diskrit (SDED). Ide cemerlang itulah yang mengantarkan dirinya meraih gelar profesor pertama di Indonesia dengan mengoptimalkan penggunaan jalur kereta api single track (ST).
BACA JUGA: Ini Masukan Ahli Geologi ITS Tentang Pembangunan Subway
"Istilah semi-double track (SDT) lahir dengan menambahkan persimpangan di tengah-tengah jalur kereta api di antara dua stasiun utama," kata dosen Departemen Matematika ITS tersebut.
Sementara, guru besar ITS ke-122 Hidayat Soegihardjo Masiran juga menyampaikan, penelitiannya itu membahas mengenai Sistem Disipasi (Penyerap) Gempa untuk Meningkatkan Kinerja Seismik Bangunan Sipil.
Ia menilai, karena saat ini masih banyak penemuan sesar aktif di Indonesia, menyebabkan peningkatan gaya gempa pada bangunan sipil dari waktu ke waktu.
Hal ini, lanjutnya, diperlukan inovasi sistem struktur yang tak hanya menghasilkan kinerja seismik yang baik, tapi juga memiliki nilai ekonomis yang baik (innovations based economy).
BACA JUGA: Ini Masukan Ahli Geologi ITS Tentang Pembangunan Subway
"Jadi perlu mengimplementasikan base isolation tipe Load Rubber Bearing (LRB) dan Friction Pendulum (FP) pada jembatan-jembatan bentang besar di zona gempa. Sedangkan untuk bangunan gedung dan rumah tinggal bisa menggunakan Low Base Isolation dengan pelat berlubang," katanya.
Terpisah, Rektor ITS Mochamad Ashari menyampaikan ITS merupakan Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) dituntut untuk menjadi sumber pendapatan dalam pembangunan ITS di pendanaan internasional.
Oleh sebab itu dibutuhkan kontribusi besar dari para profesor dalam berbagai bidang ilmu. "Maka dari itu, penambahan profesor merupakan anugerah terbesar bagi suatu institusi, khususnya untuk ITS," ujar Ashari, panggilan akrabnya.
Ia menuturkan di tahun 2020 terdapat 26 orang calon guru besar yang kini tengah diproses. "Kami (ITS, red) optimis, minimal sebanyak 16 orang profesor yang akan lahir di tahun 2020 nanti," kata guru besar Teknik Elektro.
BACA JUGA: Pakar Transportasi ITS: Trem belum Beri Solusi Kemacetan
Dia menyampaikan dalam enam bulan terakhir terjadi penambahan sebanyak enam guru besar di kampus pahlawan ini. Sehingga terhitung sebanyak 10 persen dari 993 dosen ITS yang meraih gelar professor saat ini.
Menurutnya jumlah tersebut masih memiliki kuantitas dan profesor paling sedikit jika dibanding dengan perguruan lainnya. Sehingga selanjutnya diperlukan adanya percepatan pengukuhan guru besar.
"Meski begitu, dosen dan profesor ITS memiliki militansi dan kinerja yang luar biasa," katanya.
Hal tersebut terbukti pada tahun 2019, kata dia, karena ITS masuk jajaran empat besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia dan menjadi peringkat tiga Anugerah Produk Inovasi dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
BACA JUGA: Mahasiswa ITS Bikin Aplikasi Belajar Sistem Kardiovaskular
Ia juga menjelaskan jumlah guru besar di suatu institusi merupakan parameter untuk menilai kualitas sumber daya manusia. Dengan penambahan profesor, maka dapat meningkatkan kualitas institusi tersebut.
Ashari mengakui bahwa tidak mudah untuk menjadi seorang guru besar. Pasalnya, terdapat beberapa kriteria yang wajib dipenuhi dan pihak yang perlu berperan aktif mewujudkannya. Yang pertama, yakni keaktifan dosen untuk melakukan penelitian ilmiah.
Yang kedua adalah institusi sebagai sumber dana penelitian, penyedia fasilitas laboratorium, dan layanan untuk kepengurusan guru besar, serta beberapa pihak yang bekerja sama dalam penelitian.
"Ketiga hal tersebut yang ITS harapkan agar jumlah guru besar dapat bertambah secara eksponensial," katanya.
