Rabu, 26 June 2019 02:45 UTC
Duta Besar RI untuk Rusia dan Belarus, Muhammad Wahid Supriadi. Foto: Ahmad Suudi
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Indonesia ditargetkan menandatangani kerja sama dagang atau Memorandum of Cooperation (MoC) dengan Euro Asian Economic Union (EAEU) pada tahun ini.
Dengan MoC itu, maka hubungan dagang Indonesia dan 5 anggota EAEU yang merupakan sebagian dari pecahan bekas Uni Soviet, yakni Rusia, Kazakhstan, Belarus, Armenia, dan Kyrgyzstan mulai berlaku.
Di antara negara-negara anggota EAEU sendiri telah terjalin pasar bebas yang tidak hanya menyangkut keluar masuk produk, namun juga tenaga kerja dan akses data.
Bila pasar bebas di antara EAEU dan Indonesia betul-betul berjalan, produk Indonesia yang masuk ke Rusia juga bisa didistribusikan ke negara lain, meski negara lain belum impor langsung dari Indonesia.
BACA JUGA: Banyuwangi Berpotensi Ekspor Buah Naga ke Rusia
Duta Besar RI untuk Rusia dan Belarus, Muhammad Wahid Supriadi mengatakan, Rusia merupakan pasar dengan 147 juta orang penduduk. Dan secara keseluruhan, negara-negara bekas Uni Soviet merupakan pasar dengan 187 juta penduduk.
Sayangnya, Vietnam sudah terlebih dahulu menjalin kerja sama dengan persekutuan 5 negara tersebut.
"Barang dari Vietnam (yang masuk Rusia masih) 0 persen, dari kita 5 persen sampai 18 persen tergantung barangnya. Tahun ini akan ditandatangani, saat masuk Insyaallah pasar kita lebih kompetitif. Sekarangpun barang kita sudah masuk, kenapa? brand image Indonesia itu bagus," kata Wahid Supriadi dalam paparannya di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Banyuwangi, Selasa 25 Juni 2019.
BACA JUGA: Masjid 10 Lantai di Malang, Wisatawan Rusia Pun Kepincut
Dia mengatakan di antara produk Indonesia yang sudah masuk Rusia adalah ban kendaraan merek Achilles. Mereka mulai mengimpor dua tahun lalu setelah produk merek ini dipamerkan dalam Festival Indonesia di Moscow, Rusia pada 2016.
Begitu juga di Belarus yang langsung laku 500 ribu buah saat diperkenalkan tahun 2018. Sebelumnya mereka mendapatkan pasokan dari Cina, namun merasa kurang puas pada kualitasnya.
Selain itu ada 25 juta muslim di Rusia yang menjadi pasar produk halal yang bahkan lebih besar dari pasar Malaysia. Wahid mengaku tahun lalu membawa tujuh pengusaha besar Indonesia ke Kota Kazan, Rusia, untuk mempromosikan produk halal.
Hasilnya hingga kini telah 1.000 kontainer produk Mayora dan Kopi Torabika masuk. Pengapalan ekspor juga tengah dilakukan untuk produk Torabika, Kapal Api, dan Indomilk, ke Siberia.
BACA JUGA: Perguruan Tinggi Islam Indonesia dan Rusia Jalin Kerja Sama
Sanksi dari Uni Eropa yang diperpanjang hingga 2022 nanti juga dibalas Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan impor dari persekutuan yang merupakan bagian dari blok barat itu.
Sehingga terbuka kesempatan dari negara lain untuk memasok berbagai produk ke 'Negeri Beruang Merah' tersebut. Produk-produk yang berpotensi laku di pasaran EAEU terlihat dalam Festival Indonesia di Rusia.
Misalnya dalam gelaran tahun lalu, produk kuliner, fesyen, dan produk industri Indonesia lainnya habis dibeli penduduk asli Rusia.
BACA JUGA: Dua Warga Rusia Tertangkap Mencuri di Kuta
Di antara kuliner yang diminati adalah sambal, teh daun kelor celup, pia daun kelor, martabak, dan olahan singkong terutama keripik. Tekstil batik, tenun dan ragam fesyen nusantara lainnya juga sangat diminati, terutama yang telah dalam bentuk ready to wear atau sudah jadi siap pakai.
"Pia daun kelor 1,5 jam ludes. Sekarang UMKM yang saya bawa rata-rata sudah dapat buyer. Yang penting itu kelanjutannya itu, kalau pamerannya semuanya ludes saya pastikan," ujar Wahid.
Dia mengingatkan Malaysia, Singapura dan Kamboja juga tengah memproses MoC dengan EAEU. Singapura harus diwaspadai pemerintah karena mengajukan kerja sama dagang agrikultur yang kemungkinan besar barang berasal dari Indonesia.
Forwarder atau perantara dagang Singapura akan lebih mudah memasukkan barang Indonesia, padahal eksportir bisa langsung menjual ke Rusia bila berhasil melakukan MoC sendiri dengan EAEU.