Sabtu, 23 February 2019 03:21 UTC
Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita bersama para Menteri Ekonomi ASEAN menghadiri 4th India-ASEAN Expo and Summit di Jawaharlal Nehru Stadium, New Delhi, India, Kamis 21 Februari 2019. Foto: Humas Kemendag
JATIMNET.COM, Surabaya - Kementerian Perdagangan menggelar diplomasi sawit dengan India melalui forum bisnis "India-ASEAN Expo and Summit" di Taj Palace, New Delhi, India, Kamis 21 Februari 2019.
Forum bisnis ini merupakan rangkaian kegiatan untuk memperkuat perdagangan dan investasi antara Indonesia dan India. Dalam diplomasi tersebut, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menekankan pentingnya perdagangan dengan mengutamakan prinsip kemitraan dan kolaborasi.
“India merupakan mitra dagang Indonesia terbesar ke-4. Namun, perdagangan bukan mengenai peringkat, dan tidak hanya mengenai surplus atau defisit," kata Enggartiasto dalam siaran pers yang diterima Jatimnet.com, Jumat 22 Februari 2019.
BACA JUGA: KLHK Lepas 5,4 Juta Hektare Hutan untuk Sawit
Perdagangan, kata dia, adalah mengenai kemitraan. "Bagaimana kita dapat menyediakan kebutuhan negara mitra dan bagaimana perdagangan dapat berkontribusi untuk perkembangan nasional dan negara lain,” ujarnya.
Ia menyampaikan, minyak kelapa sawit dan produk turunannya memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia. Sebanyak 60 persen total nilai ekspor Indonesia berasal dari minyak kelapa sawit dan merupakan sumber penghasilan bagi 16,5 juta pekerja langsung dan tidak langsung.
Industri minyak kelapa sawit Indonesia juga berkontribusi terhadap lebih dari 50 persen total produksi dunia. Untuk itu, Indonesia berbagi tanggung jawab dalam menjaga ketersediaan minyak kelapa sawit, penyediaan tenaga kerja, dan pengentasan kemiskinan di dunia.
BACA JUGA: Walhi dan FNKSDA Tolak Pemberian Izin Tambang Emas di Jember
Hal ini penting, mengingat permintaan dunia atas minyak kelapa sawit diprediksi akan meningkat dua kali lipat menjadi 308 juta ton pada tahun 2050.
“Minyak kelapa sawit bagi Indonesia memiliki nilai penting seperti gula bagi India karena Industri tersebut mempekerjakan jutaan orang. Selain itu, komoditas ini bukan hanya sebuah produk, namun memiliki nilai yang merepresentasikan orang dan budaya kita,” ujar Mendag.
Pemanfaatan minyak kelapa sawit tidak hanya digunakan untuk produk kebutuhan sehari-hari, namun saat ini juga digunakan sebagai isolator, bahan campuran aspal jalan, biofuel, dan pembangkit listrik berbahan bakar minyak kelapa sawit.
BACA JUGA: Enam Aktivis Greenpeace Ditahan Tanker CPO di Teluk Cadiz
Ke depan, komoditas ini juga dapat berkontribusi terhadap teknologi selulosa, yang diyakini sebagai pengembangan biofuel tingkat berikutnya.
Ia juga menegaskan, sektor pemrosesan kelapa sawit secara langsung dan tidak langsung menciptakan lapangan kerja di India dan di dunia. Penyerapan tenaga kerja di sektor ini, khususnya produk minyak nabati dan produk margarin mencapai angka 8,8 juta orang di India.
Selain itu, di Indonesia industri ini menggunakan peralatan seperti ketel (boiler) dan pembangkit listrik ukuran kecil dan medium yang diproduksi di India.
BACA JUGA: Jokowi Harap Produksi Sawit Tidak Bertambah
“Hambatan tarif maupun nontarif pada perdagangan di antara kedua negara akan sangat mempengaruhi harga dasar penjualan yang pada akhirnya juga akan membebani industri di India,” katanya.
Forum bisnis ini juga diisi dengan diskusi dan dialog di antara pelaku usaha kedua negara. Hadir sebagai narasumber, yaitu Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Kanya Lakshmi Sidarta, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Biofuel Indonesia (APROBI), Harry Hanawi, Dr. Swati Maheswari dan Rusman Heriawan.
Forum bisnis ini terlaksana atas kerja sama Kementerian Perdagangan dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDB-KS), Federation of Indian Chambers of Commerce and Industry (FICCI) dan didukung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di New Delhi.