Logo

Indonesia Berpeluang Jadi Produsen Baja Terbesar di Dunia

Reporter:

Senin, 28 January 2019 14:14 UTC

Indonesia Berpeluang Jadi Produsen Baja Terbesar di Dunia

Ilustrasi: Pixabay.com

JATIMNET.COM, Surabaya - Kementerian Perindustrian menargetkan industri baja nasional menjadi produsen baja terbesar kedua di dunia yang produksinya setara dengan eropa. Target tersebut bisa dicapai melihat produksi pabrik baja di kawasan Industri Morowali yang terus meningkat.

Dalam siaran pers yang diterima Jatimnet.com pada Senin 28 Januari 2019, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Harjanto mengatakan total kapasitas produksi smelter nickel pig iron sebesar 2 juta ton per tahun dan 3,5 juta ton stainless steel per tahun, dengan nilai ekspor mencapai USD 2 miliar pada tahun 2017 dan naik menjadi USD 3,5 miliar di 2018.

BACA JUGA: Perang Dagang AS-China Buka Peluang Bagi Industri di Indonesia

Kemenperin menargetkan kawasan tersebut mampu menghasilkan 4 juta ton baja nirkarat atau stainless steel per tahun serta memiliki pabrik baja karbon berkapasitas 4 juta ton per tahun.

Apabila produksi stainless steel tercapai 4 juta ton per tahun, Indonesia akan menjadi produsen kedua terbesar di dunia atau setara produksi di Eropa.

Karena itu, Kemenperin akan terus memacu pengembangan industri baja nasional karena nilai tambahnya yang juga semakin tinggi dan kompetitif di pasar global.

BACA JUGA: Importir Bahan Baku Industri Dapat Insentif Fiskal Bea Cukai

Baja menjadi bahan baku sangat penting untuk proyek infrastrukutur dan sektor lain.

“Industri baja berperan penting memasok kebutuhan bahan baku pendukung proyek infrastruktur dan penopang kegiatan sektor industri lainnya,” kata Harjanto.

Harjanto menyampaikan tekadnya untuk mendorong peningkatan kapasitas produksi industri baja nasional.

“Produksi industri baja di dalam negeri terus dioptimalkan dan diarahkan pada pengembangan produk yang bernilai tambah tinggi, misalnya untuk memenuhi kebutuhan sektor otomotif, perkapalan maupun perkeretaapian. Sehingga kita tidak perlu lagi impor,” tegasnya.

BACA JUGA: Industri Manufaktur Nasional Sumbang PDB Tertinggi di Asean

Menurut Harjanto, ada peningkatan ekspor produk stainless steel slab serta stainless steel HRC (hot rolled coil) dari Indonesia. “Lonjakan ekspor yang paling mencolok hampir tiga kali lipat adalah stainless steel HRC. Kemudian stainless steel slab hampir dua kali lipat,” ujarnya.

Kemenperin mencatat, ekspor stainless steel slab tumbuh dari 302.919 ton pada tahun 2017 menjadi 459.502 ton selama Januari-September 2018, sedangkan stainless steel HRC melonjak dari 324.108 ton menjadi 877.990 ton pada periode yang sama.

Ia juga mengatakan peluang ekspor produk baja Indonesia semakin membesar seiring dengan terbukanya pasar terutama di China, Asia Tenggara, dan negara-negara yang membuat perjanjian bilateral dengan Indonesia.