
Reporter
DiniSenin, 20 April 2020 - 01:00
Editor
Bruriy Susanto
Ilustrasi.
Mojokerto - Hasil swab belum keluar, seorang petani asal Kecamatan Dawarblandong meninggal saat diisolasi di RSUD Dr Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto. Pasalnya, sebelum meninggal di pemeriksaan si pasien berusia 51 tahun tersebut panas batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak nafas, serta mual dan muntah, dan pneumonia.
"Karena gejala klinis tersebut pasien kami kategorikan PDP terkait COVID-19, dan akhirnya dilakukanlah tes swab. Namun pasien meninggal sebelum hasilnya keluar," kata Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Mojokerto, dr Langit Kresna Janitra, Minggu 19 April 2020.
Dia menjelaskan, pasien meninggal pada Sabtu 18 April 2020, sekitar pukul 15.30 WIB, karena sudah masuk PDP terkait Corona. Rencananya jenaza dimakamkan sesuai protokol Covid-19.
"Pasien meninggal di RSUD Dr Wahidin Sudiro Husodo Sabtu 18 April. Walau hasil rapid test terhadap pasien negatif atau nonreaktif, pasien tetap dimakamkan dengan protokol Covid - 19," terang dr Langit.
dr. Langit menegaskan, petani asal Kecamatan Dawarblandong itu tidak pernah bepergian ke luar kota maupun daerah zona merah COVID-19 selama virus Corona mewabah. “Pasien tidak ada riwayat bepergian," imbuhnya.
BACA JUGA: Usir Pagebluk Corona, Warga Mojokerto Selamatan Jajanan Pasar
Berdasarkan data, pasien berusia 51 tahun asal Kecamatan Dawarblandong ini menjadi PDP ketujuh yang meninggal di Kabupaten Mojokerto. Sebelumnya ada seorang pria 32 tahun asal Kecamatan Puri, juga meninggal pada Minggu 22 Maret 2020.
Disusul pasien berusia 36 tahun asal Jetis meninggal Jumat 27 Maret 2020, selanjutnya pria 53 tahun asal Sooko meninggal Rabu 1 April 2020, pria 27 tahun asal Pacet meninggal Jumat 3 April 2020, pria 53 tahun asal Mojoanyar meninggal, Jumat 10 April 2020, serta pria 76 tahun asal Kecamatan Gedeg meninggal pada Selasa 14 April 2020.