Sabtu, 04 July 2020 03:00 UTC
Ilustrasi. Calon mahasiswa untuk ikut Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) wajib menyertakan hasil rapid test. Apabila hasilnya reaktif, terancama tidak bisa ikut UTBK. Foto: Zulkiflie/Dokumen
JATIMNET.COM, Surabaya - Guna mencegah merebaknya wabah Covid-19 di lingkungan pendidikan. Peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2020, harus menyertakan lampiran hasil rapid test non reaktif atau negatif tes swab.
Adanya hal tersebut, dan untuk meringankan beban biaya skema rapid test gratis telah disiapkan di Puskesmas, khusus warga Surabaya pemegang KIP (Kartu Indonesia Pintar Kuliah) dan MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah).
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Irvan Widyanto mengatakan, pada Jumat 3 Juli 2020 terdapat 63 Puskesmas di Surabaya telah melakukan rapid test gratis. Apabila nantinya terjadi kepadatan, akan menyiapkan alternatif lokasi lainnya.
Adapun syarat rapid test gratis, peserta masuk dalam kategori MBR harus menunjukkan kartu UTBK bersama dengan identitas diri atau KTP Surabaya. Selain itu, peserta merupakan pemegang KIPK tahun ajaran 2018 – 2020, dan wajib menunjukkan kartu itu kepada petugas di puskesmas.
BACA JUGA: Peserta UTBK Bisa Ikuti Rapid Test Gratis di Puskesmas Terdekat
“Ketika para calon mahasiswa ini yang hasil rapid test reaktif, maka tidak diperkenankan mengikuti UTBK dan akan dijadwalkan ulang untuk mengikuti ujian. Kalau itu warga Surabaya kita sudah punya standar prosedur, maka kita tempatkan ke hotel dulu untuk isolasi mandiri,” kata Irvan panggilan akrabnya, Jumat 3 Juli 2020.
Sementara, dalam rapat koordinasi yang digelar Jumat 3 Juli 2020 di ruang rapat Sekretaris Daerah Kota Surabaya menghadirkan tiga perwakilan dari PTN Surabaya yang ditunjuk sebagai lokasi pelaksanaan UTBK SBMPTN 2020. Salah satunya adalah Ketua Panitia Pusat UTBK Unair, Prof Junaidi Khotib.
Prof Junaidi menjelaskan, secara umum warga Kota Surabaya yang mengikuti UTBK di Surabaya, baik Unair, ITS maupun UPN, berjumlah sekitar 38 persen. Sedangkan peserta dari Surabaya Raya yang meliputi, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik sekitar 68 persen. Sedangkan 22 persen merupakan peserta dari luar Surabaya Raya di Jawa Timur.
“Sementara 8 persen (peserta) tersebar di 34 Provinsi. Tetapi dari provinsi yang tidak diberikan mobilitas ke Surabaya, mereka kita izinkan untuk berpindah pada pusat-pusat UTBK setempat dimana mereka tinggal,” kata Prof Junaidi.
BACA JUGA: Unesa Tak Gelar UTBK SBMPTN, Peserta Dilimpahkan ke ITS dan Unair
Ia mengungkapkan, pelaksanaan UTBK SBMPTN ini berlangsung serentak di 74 lokasi yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Sedangkan di Surabaya sendiri, berlangsung di tiga PTN, yakni Unair, ITS dan UPN. Meski demikian, pihaknya telah menyiapkan tempat lain untuk menghindari terjadinya pengumpulan massa.
“Misalnya Unair selain di tiga kampus, A B dan C itu kami menggunakan Universitas Muhammadiyah Surabaya, Untag dan STIESIA. Tujuannya agar tidak terjadi pengumpulan massa, ini diatur karena proses pelaksanan UTBK sudah dijalankan dengan protokol ketat ini tidak menimbulkan klaster baru,” ia menerangkan.
Wakil Rektor IV Unair Surabaya ini menambahkan, bagi peserta yang hasil rapid testnya dinyatakan reaktif, maka selanjutnya dilakukan rescheduling ulang jadwal ujian. Kemudian, peserta dirujuk ke pusat layanan kesehatan. Di sana ada Satgas Covid-19 yang akan melakukan handling.
“Kalau di Surabaya kan ada hotel yang nanti didampingi sama Dinas Kesehatan. Kalau di luar daerah kita akan sampaikan ke Satgas Covid-19 setempat. Kita di universitas akan komunikasi dengan tempat asalnya. Dengan demikian seseorang itu akan segera mendapatkan tindakan lebih lanjut,” ia memungkasi.