Rabu, 30 October 2019 04:54 UTC
SINDEN. Sinden dalam pagelaran wayang untuk memperingati Hari Santri 2019. Foto: Ist
JATIMNET.COM, Surabaya – Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar mengingatkan agar perjuangan dakwah Islam tidak mengabaikan budaya di masyarakat. Hal itu disampaikan saat menghadiri pagelaran wayang dalam memperingati Hari Santri 2019, di halaman parkir PWNU Jatim, Jl Masjid Al Akbar Timur No. 9 Surabaya, Selasa 29 Oktober 2019.
Dalam sambutannya, Kiai Marzuki mengingatkan, dakwah Islam di Indonesia tidak lepas dari perjuangan wali songo. Selama berjuang menyebarkan agama Islam di tanah Nusantara ini, wali songo tidak mengabaikan kultur atau budaya yang berkembangan di tengah-tengah masyarakat.
Wali songo justru mengembangkan kultur dan budaya dengan dibumbuhi ajaran agama Islam.
BACA JUGA: Geliat Wayang Jawa Timuran di SMKN 12 Surabaya
“Wayang kulit sejak zaman wali songo telah dikenal sebagai seni yang digemari masyarakat. Karena di situlah, nilai-nilai ajaran Islam itu ditanamkan. Sekaligus, dalam pertunjukan wayang kulit yang dipelopori Sunan Kalijaga, menjadikan dakwah Islam bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat,” tutur Kiai Marzuki, dalam siaran pers yang diterima Jatimnet, Rabu 30 Oktober 2019.
Dalam kegiatan itu, Kiai Marzuki menyerahkan gunungan kepada dalang Ki Sinarto, sebagai simbol dimulainya gelaran wayang kulit dengan lakon Sri Mulih.
Dalam lakon Sri Mulih, dalang Ki Sinarto yang juga Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Pemprov Jawa Timur, menceritakan kisah perjalanan tokoh perempuan yang menunjukkan kemampuan sebagai pribadi di tengah-tengah masyarakat yang terus berubah.
BACA JUGA: Jokowi Setujui Usulan 9 November Sebagai Hari Wayang Nasional
Sri Mulih mampu berjuang untuk memimpin di tengah masyarakatnya yang sedang membangun, dan membawa perubahan-perubahan ke arah perbaikan.
Sehingga, menjadikan negeri yang Tata tenterem kerta raharjo, gemah ripah loh jinawi, bisa dirasakan rakyat dan masyarakat secara luas.
Ki Sinarto menghadirkan gaya wayangan gagrag Surakarta, dan tetap memegang teguh pakem, tata cara permainan khas wayang kulit yang telah dikenal masyarakat.