Senin, 08 February 2021 09:40 UTC
PETANI CABAI: Santri, saat berada di ladang sawah miliknya di Desa Warugunung, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto yang diserang hama tikus, Senin 8 Februari 2021. Foto: Karin
JATIMNET.COM, Mojokerto - Saat harga jual cabai di pasaran semakin melambung tinggi, petani di Kabupaten Mojokerto hanya bisa gigit jari. Pasalnya, bukan menjadi untung melainkan buntung.
Seperti yang dialami Santri, petani asal di Desa Warugunung, Kecamatan Dawarblandong ini mengaku, ladang sawah miliknya gagal panen. Karena, ladang sawahnya ditanam cabai itu dihabiskan hama tikus.
Wanita berusia 63 tahun ini mengaku, bercocok tanam di ladang sawahnya mengalami kegagalan tidak sekali saja. Sudah ke sekilan kalinya. Pertama ladang sawahnya itu diberi benih jagung, tapi gagal tumbuh, karena dimakan hama.
"Tanam benih jagung ini sudah empat kali, gagal terus. Saya itu pernah sekarang diberi benih jagung, besoknya sudah dimakan tikus," kata Santri, kepada jatimnet.com, Senin 8 Februari 2021.
Baca Juga: Cabai Rawit dan Kenaikan Tarif Tol Sumbang Inflasi Januari 2021
Meski mengalami kegagalan empat kali, ia terus mencoba kembali dengan ladang sawahnya diberi benih cabai. Lagi-lagi mengalami gagal panen. Bahkan, tak kurang sehari bibit cabai yang ditanam sudah rusak di bagian batang mudanya. "Gagal tanam. Jagung nggak panen, cabai juga sama. Karena habis semua dimakan tikus," keluh Santri.
Padahal, tanaman cabai milik petani lainnya tumbuh dengan subur. Bahkan sudah panen berkali-kali. Mirisnya, tahun ini Santri tak mengincipi sepeser pun hasil panen dari ladangnya.
Ibu tiga anak mengungkapkan, menanam benih jagung maupun cabai masing-masing lima kali sejak bulan Desember 2020 lalu. Namun hingga saat ini, tak pernah berhasil.
"Ya baru kecolongan tikus itu sejak Desember kemarin sampai sekarang. Nanam biji jagung misal hari ini, besok sudah gak ada itu bijinya. Terus lombok, baru ini saja bisa tumbuh agak tinggi, jagung gak ada berhasil sama sekali," bebernya.
Baca Juga: Harga Cabai Rawit Naik Dua Kali Lipat, Ini Penyebabnya
Wanita yang mengenakan kerudung berwarna biru ini, mengatakan jika selama puluhan tahun bercocok tanam. Baru kali ini, ia dan putrinya mengalami kerugian luar biasa atau gagal panen dikarenakan hama tikus.
Selain hama tikus, tanaman cabai milik Surti di lahan seluas setengah hektar itu juga lebih terlihat gersang ketimbang lahan petani lainnya. Hal itu dikarenakan, ia juga menanam jagung dengan campuran pestisida juga.
Sehingga berdampak pada kondisi tanaman dan tanahnya. Tanaman cabainya tak bisa tumbuh rimbun, melainkan hanya sebatas tinggi tanpa berdaun lebat. "Sini juga nggak bisa lebat karena kesalahan ada obat untuk jagungnya. Jadi juga ngaruh, belum lagi obat rumputnya," imbuhnya.
Santri mengaku, sebelum ada hama tikus, dirinya bisa panen jagung hingga satu ton bahkan lebih. Sama halnya dengan cabai. Apalagi, dikatakannya saat ini harga satu kilo cabai di kalangan petani sudah mencapai kurang lebih Rp 55 ribu.
Baca Juga: Harga Cabai Mahal, Petani Probolinggo Awasi Tanamannya
Namun, beribu sayang Santri hanya bisa pasrah. Akibat gagal panen tersebut, ia hanya mengandalkan tanaman sayur di belakang rumahnya untuk penghidupan sehari-hari.
"Untungnya anak saya sudah besar semua, jadi makan ya ikut anak saya. Tapi tetap saja rugi, soalnya saya biasanya utamakan pendapatan yah dari hasil jagung. Sekarang malah nggak bisa nanam karena bibitnya sudah habis," bebernya.
Di tanah milik Perhutani tersebut, Santri mengaku sudah pasrah atas musibah yang terjadi kepadanya. Saking terbiasanya dengan hama tikus, kini ia memilih untuk mendiamkan hal tersebut.
Selain itu, dari pihak desa sendiri juga tidak ada pembentukan kelompok tani ataupun bantuan bagi petani dalam mengatasi hama tikus. "Kami yang orang tani begini ya resah kalau gagal seperti ini, karena jagung biasanya paling utama duitnya baru cabai. Tapi ya sudah, dibiarin aja, sudah nggak ada solusi. Semuanya ya ngurus lahannya sendiri-sendiri," pungkasnya.