Logo

Cabai Rawit dan Kenaikan Tarif Tol Sumbang Inflasi Januari 2021

Reporter:,Editor:

Senin, 01 February 2021 05:40 UTC

Cabai Rawit dan Kenaikan Tarif Tol Sumbang Inflasi Januari 2021

PEMICU INFLASI. Petani memilah cabai hasil panen sebelum dijual ke sejumlah pasar di Kabupaten Probolinggo. Kenaikan harga cabai memberi pengaruh terhadap inflasi Januari 2021. Foto: Dok Jatimnet.com

JATIMNET.COM, Surabaya - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Dadang Hardiwan menyebut inflasi Bulan Januari 2021 sebesar 0,23 persen. Komoditi terbesar yakni cabai rawit dan kenaikan jalan tol. 

"Komoditas sumbangan inflasi ada di cabai rawit dengan persentase paling tinggi. Kemudian tarif jalan tol yang Tanggal 17 Januari 2021 sudah mulai meningkat tarifnya khususnya jalan tol Surabaya-Gempol," ujar Dadang, Senin 1 Februari 2021. 

Cabai rawit, kata dia, memiliki andil inflasi tertinggi dengan persentase 0,14 persen. Dengan perubahan harga sebesar 56,89 persen.

Urutan kedua tarif jalan tol yang memiliki andil 0,05 persen, dengan perubahan harga 25,43 persen. Diikuti tempe dengan andil 0,05 persen, dan perubahan harga sebesar 11,82 persen. Lalu tahu mentah memiliki andil inflasi 0,04 persen, dengan perubahan harga mencapai 10,78 persen.

Baca Juga: Harga Cabai Rawit Naik Dua Kali Lipat, Ini Penyebabnya

Sedangkan, beberapa komoditi yang mempengaruhi deflasi sepanjang Januari 2021 yakni, telur ayam ras dengan perubahan harga 11,49 persen. Kemudian angkutan udara deflasi 4,20 persen, bawang merah 6,59 persen, cabai merah 8,18 persen, dan daging ayam ras 1,21 persen.

Sementara untuk kelompok pengeluaran, Dadang mengatakan, sektor makanan, minuman dan tembakau terbilang stabil. Inflasi kelompok ini pada Januari 2021 sebesar 0,95 persen, dengan andil 0,22 persen.

Dadang menjelaskan, kelompok pengeluaran makanan dan minuman paling tahan terhadap pandemi Covid-19. Masyarakat tak terpengaruh meski daya beli menurun.

Baca Juga: Harga Cabai di Pasar Tradisional Probolinggo Tembus Rp80 Ribu 

"Kelompok ini merupakan kebutuhan hidup masyarakat yang tidak mungkin ditunda. Ini menunjukkan kelompok yang menjanjikan. Di mana masyarakat banyak yang menahan dan mengalami turunnya daya beli. Kelompok makanan dan minuman memikik demand sendiri," terangnya.

Di bawah itu, kata Dadang, yakni kelompok penyedia makanan seperti restoran yang mengalami inflasi 0,26 persen, dengan andil 0,02 persen. "Satu-satunya kelompok pengeluaran yg alami deflasi kelompok transportasi yg tercatat sebesar 0,03 persen," tegasnya.

Dadang menuturkan, tingkat inflasi years on years tercatat sebesar 1,25 persen. Daerah yang mengalami inflasi tertinggi yakni Madiun dengan 0,6 persen dan terendah Sumenep serta Kota Malang 0,06 persen.