Logo

Hadapi Isu Resesi, Warga Surabaya Diminta Tak Perlu Panik

Reporter:,Editor:

Selasa, 01 September 2020 11:40 UTC

Hadapi Isu Resesi, Warga Surabaya Diminta Tak Perlu Panik

RISMA: Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat di sela meninjau Underpass Mayjend Sungkono. Foto: Humas Pemkot Surabaya/ Dokumen

JATIMNET.COM, Surabaya - Pandemi Covid-19 rupanya menjadi dampak global dan panjang. Mulai dari masalah kesehatan hingga sektor ekonomi dan bisnis. Apalagi hal itu Tak hanya di Surabaya, tapi di seluruh wilayah Indonesia bahkan dunia. 

Jika dampak ekonomi itu tak bisa diselesaikan, bukan tidak mungkin perekonomian di Indonesia terus menurun bahkan menyebabkan resesi.

Dalam menghadapi resesi tersebut diperlukan langkah cepat agar roda perekonomian di Kota Surabaya tetap positif meski di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya adalah dengan tidak menyetujui perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya.

"Itulah yang kenapa kemudian kemarin aku tidak mau ada PSBB lagi. Karena kita akan lakukan new normal atau tatanan baru," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini seusai meninjau PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) di Benowo Surabaya, Selasa 1 September 2020.

BACA JUGA: Ini Alasan Risma Menolak Pembangunan Jalan Tol Tengah Kota Surabaya

Dengan tak diperpanjangnya PSBB tahap III tersebut, para pelaku usaha di Surabaya diharapkan bisa kembali beroperasi, namun dengan protokol kesehatan ketat. Sebab jika PSBB itu diteruskan, bukan tidak mungkin banyak pelaku usaha di Kota Pahlawan yang gulung tikar.

"Misalkan aku punya perusahaan buat sepatu, begitu ini tak tutup, apakah dia tiba-tiba bisa jalan bagus? Kan tidak, mulai nol lagi kan. Makanya ini sebelum tutup saat itu, kenapa kemudian aku minta supaya dia gerak. Jadi yang sudah mulai turun ditahan minimal dia tidak jatuh lagi, tapi kalau bisa diangkat lagi," ia menguraikan.

Wanita yang akrab disapa Risma ini juga mengungkapkan, berdasarkan hasil penelitian terhadap evaluasi perekonomian yang ia terima menyebutkan bahwa hingga akhir tahun 2020 perkembangan ekonomi di Kota Surabaya masih terbilang positif.

Nah, berkaca dari sebelumnya, apabila terlambat sedikit saja memutuskan kebijakan, bukan tidak mungkin akhir tahun ekonomi Surabaya mengalami keterpurukan.

BACA JUGA: Risma Masuk Daftar 10 Besar Capres 2024

"Itulah kenapa kemarin hasil data penelitian evaluasi Surabaya itu kita di titik masih bisa bertahan di positif nanti Insya Allah di akhir tahun. Kenapa? Kalau aku kemarin terlambat sedikit ya nyungsep (terpuruk) beneran yang punya perusahaan, yang punya usaha," ia mengungkapkan.

Apalagi, jika pelaku usaha itu sudah menggunakan modal usahanya untuk kebutuhan sehari-hari keluarga. Tentu saja hal itu akan semakin menambah beban ekonomi pelaku usaha tersebut, bahkan berdampak pada gulung tikar. Makanya, kemudian dirumuskan kebijakan pada berbagai sektor bidang seiring dengan tak diperpanjangnya PSBB di Surabaya.

"Kalau sudah modal dipakai makan, bagaimana dia (pelaku usaha) bisa bangkit lagi, kecuali kalau dia dapat insentif, tunjangan atau bantuan. Makanya kemarin aku beranikan, kesehatan kita pantau benar-benar tapi yang untuk usaha boleh bergerak," ia menerangkan.

Kendati demikian, Risma memastikan bahwa Pemkot Surabaya akan berupaya maksimal untuk menjaga ekonomi di Kota Pahlawan agar tetap positif. Tentu saja, upaya ini juga harus didukung masyarakatnya dengan cara disiplin protokol kesehatan.

BACA JUGA: Cerita Risma Tentang Kampung Santri Ndresmo

"Jadi kenapa kemarin saya ngotot itu (tidak memperpanjang PSBB). Tapi memang harus disiplin betul, tidak bisa ceroboh," ia menegaskan.

Sementara itu, menghadapi isu resesi yang ramai diperbincangkan, Risma berharap kepada warga Surabaya agar tidak perlu panik. Sebab, di tahun 1998 dan 2008, ekonomi Surabaya mampu bertahan dan positif ketika hal itu terjadi.

Apalagi sekitar 92 persen usaha di Surabaya itu tergolong ekonomi menengah ke bawah, sehingga tidak terpengaruh dengan perekonomian global.

"Pertumbuhan ekonomi kita di atas pertumbuhan Nasional. Kenapa begitu? Karena 92 persen usaha di Surabaya itu ekonomi menengah, jadi dia tidak terpengaruh kepada perekonomian global. Tapi kalau di jatuh blek, jatuh beneran itu. Makanya dia harus ditahan, diberikan ruang untuk dia (usaha) bisa gerak tapi tetap dengan protokol yang sangat ketat," ia memungkasi.