Minggu, 17 November 2019 11:59 UTC
TINJAU PETERNAKAN. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meninjau langsung peternakan milik Kholik di Kabupaten Malang, Minggu 17 November 2019. Foto: Ist
JATIMNET.COM, Surabaya - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa merespons rilis hasil penelitian jaringan kesehatan global (IPEN). Menurutnya, peternakan rakyat sudah menerapkan good farming practices atau telah sesuai standar.
"Masyarakat jangan khawatir karena telur dari Jatim sehat dan tidak mengandung racun," ujar Khofifah dalam keterangan resminya, Minggu 17 November 2019.
Data Pempeov Jatim menyebutkan, produksi telur unggas di Jatim pada tahun 2018 mencapai 543,56 ribu ton atau setara 8,2 miliar butir telur. Dari jumlah itu, disebutkan Khofifah, sebanyak 96,3 persen telur di Jawa Timur dihasilkan dari ayam ras petelur yang sudah menerapkan good farming practices.
BACA JUGA: Sampah Plastik Sebabkan Bahan Kimia Beracun Ada di Dua Desa di Jatim
Sisanya, 3,7 persen telur dari ayam buras/kampung yang belum dikandangkan secara permanen, di antaranya ditemukan di daerah Tropodo, Sidoarjo.
Karena itu, mantan menteri sosial tersebut meminta masyarakat tak resah. Seperti di peternak ayam milik Kholik yang disebutnya telah dilihat langsung.
Peternakan di Kabupaten Malang itu dijaga betul quality control-nya. Bahkan, telur-telur yang dipasarkan peternakan ini hanya yang grade A atau kualitas terbaik.
BACA JUGA: PLTSa Thermal Pertama, Aktivis Ingatkan Pencemaran Limbah Pembakaran di Benowo
"Telur-telur yang dipasarkan peternakan ini hanya yang grade A dengan kualitas terbaik. Sedangkan yang grade B tidak dipasarkan. Untuk itu, telur-telur ini sangat aman dikonsumsi masyarakat," kata Khofifah.
Sekadar diketahui, rilis hasil penelitian jaringan kesehatan global (IPEN) menyebutkan, ayam buras/kampung yang dipelihara secara umbaran dan mencari makan di tumpukan plastik di daerah Tropodo, Sidoarjo, memiliki tingkat kontaminasi dioksin terparah kedua sedunia.
Senyawa ini merupakan racun yang sulit dicerna dalam metabolisme tubuh. Konsumsi terhadap senyawa tersebut bisa memicu munculnya kanker.