Selasa, 13 May 2025 08:00 UTC

Roni Satria di sela-sela penutupan pameran dan festival bonsai berskala nasional di halaman kantor Bupati Gresik, Selasa, 13 Mei 2025. Foto: Agus Salim
JATIMNET.COM, Gresik – Ternyata tanaman bonsai atau pohon yang dikerdilkan tidak hanya memiliki daya tarik akan keunikannya, namun juga bisa menjadi ladang bisnis beromzet ratusan juta rupiah.
Tanaman bonsai menjadi sangat indah jika dipadukan dengan pot tipis dan membentuk miniatur dari bentuk asli pohon yang besar dan sudah tua.
Sofwan, pengusaha bonsai asal Desa Randegansari, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, mengatakan dari bisnis bonsai yang digelutinya, ia mendapatkan omzet Rp150 juta per bulan.
"Dari hasil penjualan Rp150 juta itu kita sisihkan seperempatnya untuk pemeliharaan, pegawai, dan pupuk. Kemudian untuk membeli bakal bonsai lain," katanya saat Festival Giri Kedaton Bonsai 2025 berskala nasional di halaman kantor Bupati Gresik, Selasa, 13 Mei 2025.
Pria berusia 41 tahun ini menceritakan awalnya merawat dan membentuk tanaman bonsai adalah hanya sekadar hobinya saat dirinya masih di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan memiliki beberapa tanaman.
BACA: Dispertan Gresik Percepat Informasi TI Pertanian Melalui Kontes Bonsai Skala Nasional
"Awalnya hanya suka dengan keindahan tanaman bonsai, akhirnya menjadi hobi. Membentuk sendiri dari tanaman liar, namun juga ada yang sengaja saya beli. Saya rawat depan rumah," katanya.
Lalu di masa pandemi Covid-19, aktivitas masyarakat di luar rumah dibatasi.
"Dari sini (pandemic Covid-19), bisnis bonsai saya berawal. Dengan modal pohon seadanya, saya coba jual secara online, lewat media sosial saat itu. Alkhamdulillah saya punya ilmu dari pengalaman pembentukan bonsai," katanya.
Sofwan saat menunjukkan dua bonsai di stan bonsai miliknya yang diikutkan di Festival Giri Kedaton Bonsai 2025 berskala nasional, Selasa, 13 Mei 2025. Foto: Agus Salim
Untuk penjualan secara online, Sofwan dibantu putranya, Muhammad Arlan Maulana, lewat salah satu aplikasi dan bonsainya laku setiap membuka toko onlinenya.
"Alhamdulillah, pasti ada yang laku, biasanya para penghobi pemula. Yang sering laku bonsai kencil hiasan meja dengan harga Rp300 ribuan," katanya.
BACA: Ratusan Bonsai Ikuti Mobofest, Pameran Bonsai Skala Nasional di Mojokerto
Hal yang sama dilakoni Roni Satria, warga Desa Kedanyang, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, yang memulai bisnis tanaman bonsai lewat event atau pameran.
Pria berusia 35 tahun ini menjadikan keahliannya membentuk bonsai hingga bisa diminati penghobi dan bahkan pemula sekalipun tidak sedikit yang melirik bonsai miliknya.
"Saya memang sering ikut festival atau lomba bonsai, agar mengetahui bonsai bikinan saya bisa dinilai. Keistimewaan dan kekurangan bonsai, saya bisa tahu," katanya.
Dari hasil penilaian itu, Roni bisa memberi harga bonsainya. Bonsai miliknya sudah terjual dengan harga Rp20 juta hingga Rp35 juta.
"Awalnya hobi saja, karena dapat bendera (nilai) dan banyak penawaran setelah dapat bendera. Hobi saya alihkan ke bisnis dan alhamdulillah bisa ditekuni," katanya.
Untuk itu, ia sangat berharap Pemerintah Kabupaten Gresik bisa memberikan fasilitas, atau membuka pasar khusus untuk tanaman bonsai.
"Mulai ikut event dan menjual hasil karya bonsai baru tiga tahun. Paling banyak terjual itu bonsai setengah jadi dengan harga Rp5 jutaan, beda dengan dapat bendera," katanya.
Roni mengaku hingga saat ini ratusan tanaman yang sudah tersentuh teknik pembuatan bonsai telah dikoleksi dan puluhan bonsai siap ikut lomba.
Para penghobi bonsai mempromosikan bonsai dalam Festival Giri Kedaton Bonsai 2025 berskala nasional di halaman Kantor Bupati Gresik, Selasa, 13 Mei 2025. Foto: Agus Salim
Belum lagi perawatan akar untuk membentuk tanaman menjadi miniatur yang menarik. Bahkan bonsai memiliki nilai filosofis keharmonisan dengan alam.
Pembina Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Kabupaten Gresik Muhammad Sonhaji menuturkan bonsai memiliki nilai filosofi yang beragam.
Masyarakat memang banyak menyebut bonsai berasal dari Jepang dan China, namun menurutnya, bonsai di era Sunan Kalijaga Bonsai sudah menjadi media dakwah.
Masyarakat zaman dulu menyayangi pohon beringin dan diyakini ada kehendak Tuhan di tanaman itu karena berhubungan dengan batu, sungai, hutan dan gunung.
BACA: Marak Pendongkelan, Tanaman Bonsai di Hutan Paiton Terancam Habitatnya
Ada inisiatif dari Sunan Kalijaga agar tidak masuk ke sesembahan, maka membuat miniatur pohon atau tanaman yang dikerdilkan (bonsai).
"Beberapa masyarakat menyakini pohon beringin adalah pohon yang sakral. Maka, Sunan Kalijaga saat itu membuat seni tanaman yang disebut bonsai saat ini," kata Kades Surowiti, Kecamatan Panceng, Gresik ini.
Menurut pria akrab disapa Gus Son ini, masyarakat saat itu membuat kelompok untuk memamerkan hasil bonsainya yang kemudian dibumbui dengan gamelan dan dakwah.
Pembina PPBI Gresik Muhammad Sonhaji sekaligus Kades Surowiti, Kecamatan Panceng, Gresik, Selasa, 13 Mei 2025. Foto: Agus Salim
"Kuatilah akarnya jika hidup dunia, akar adalah dasar hidup untuk kita kuat. Batang adalah tubuh dan ranting minongko hidup berwarna warni, pohon sendiri merupakan gambaran mahluk. Maka, empat unsur itulah yang menjadikan simbol dalam berdakwah," katanya.
Di Indonesia, tanaman yang kerap dipakai untuk bonsai adalah pohon beringin hingga jadi salah satu lambang dalam Pancasila.
"Beringin atau wit waringin sungsang merupakan tanaman yang memiliki dua akar di dalam dan luar. Dalam hidup, harus punya konsep berpikir alternatif," kata pemilik padepokan di lereng petilasan atau makam Sunan Kalijaga ini.
Di Desa Surowiti, banyak tanaman yang bisa dibentuk atau menjadi bakal bonsai, sebab wilayahnya perbukitan.”Banyak masyarakat di sini yang memiliki bonsai, baik sekadar hobi maupun untuk dijual,” katanya.
