Minggu, 21 February 2021 09:00 UTC

UJI COBA: Marietta saat melakukan uji coba terhadap rancangannya.
JATIMNET.COM, Surabaya - Asia Young Designer Award (AYDA) 2020/21 yang digelar secara daring merupakan kompetisi desain bergengsi tingkat Asia. Mengangkat tema Human-Centred Design, AYDA kali ini berhasil memilih Marietta Stefani alumni Prodi Arsitektur UK Petra angkatan 2016 meraih Gold Winner dan mewakili Indonesia di tingkat Asia kategori Arsitektur.
Marietta pun mengaku, ide rancangannya berawal saat dirinya mengunjungi galeri seni dan terdapat aturan tertulis “dilarang menyentuh”. Kemudian muncul pemikiran dalam benaknya. "Bagaimana jika kita tidak dapat melihat? Bagaimana dengan tuna netra? Mereka kan hanya bisa merasakan sesuatu dengan cara menyentuh," kata Marietta.
Dari sinilah kemudian gadis yang kini bekerja di biro Arsitek itu membuat karya bertajuk Non-Visual Art Gallery, yakni sebuah galeri seni yang memberikan kesempatan baru khususnya bagi tuna netra untuk dapat menikmati karya seni menggunakan pengalaman multisensori.
"Yaitu dengan menggunakan telinga, hidung, dan perabaan. Agar memungkinkan adanya pengalaman yang setara antara tuna netra dan awas (normal)," ia menerangkan.
Baca Juga: Innofashion Fair 2020, Ajang Mahasiswa UK Petra Promosikan Desain dan Fashion
Lebih lanjut, Marietta menjelaskan dalam desain rancangannya itu akan memberikan pengalaman baru yang berbeda dengan galeri pada umumnya, dimana di sini galeri di desain menggunakan bidang-bidang yang disusun berlayer menyerupai labirin sebagai pengarah bagi tuna netra.
"Dengan meredupkan elemen arsitektur yang memanjakan mata, untuk memperkuat stimuli indera lainnya," ia menandaskan.
Diharapkan desain ini dapat memicu para seniman untuk menciptakan karya seni yang inklusif. Sehingga karya seni yang ada dibangunan itu dapat memberikan pengalaman multisensori.
"Misalnya ada lukisan atau patung menggambarkan hutan. Lukisan bisa dibuat timbul dan ditambah bau-bauan hutan agar semakin memperjelas lukisan itu. Sehingga lukisan ini menjelaskan tekstur, bau-bauan bahkan bunyi-bunyian," ia memaparkan.
Baca Juga: Dua Mahasiswi UK Petra Juara di Surabaya Fashion Designer Award 2020
Sementara untuk mendukung konsep non-visual, bangunan sengaja tidak menggunakan lampu untuk menerangi karya seni. Namun memaksimalkan pencahayaan alami undirect sunlight melalui skylight dan dinding yang disusun berlayer yang sekaligus membantu tuna netra dalam berorientasi.
Marietta bahkan melakukan pendekatan perilaku senses as perceptual system dimana indera manusia memberikan peran penting dalam membentuk persepsi ruang dan pendalaman karakter pada ruang-ruangnya.
"Metode pengumpulan data menggunakan studi literatur, wawancara dan observasi langsung ke SMPLB-YPAB. Sehingga proyek ini juga memungkinkan jika diwujudkan di Kota Surabaya," ia menuturkan.
Berkat rancangan uniknya itu, maka tak heran jika Marietta berkesempatan mewakili Indonesia di tingkat Asia untuk kategori Arsitektur. Marietta harus bertanding dengan 15 negara di Asia, yaitu Bangladesh, Cina, Filipina, Hongkong, India, Indonesia, Iran, Jepang, Malaysia, Pakistan, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
"Bersyukur bisa melewati kompetisi level nasional dan bisa mewakili Indonesia di tingkat Asia. Kompetisi yang dilaksanakan secara online ini melewati berbagai tahap mulai semi final, coaching session, mentoring dan babak final," ia memungkasi.
