Logo

Gagas Situbondo Dreams Jadi Wadah Belajar Anak Desa, Bayar Bimbel Pakai Sampah

Reporter:,Editor:

Selasa, 22 June 2021 23:00 UTC

Gagas Situbondo Dreams Jadi Wadah Belajar Anak Desa, Bayar Bimbel Pakai Sampah

Imelda penggagasa “Situbondo Dreams” masuk lima besar pemuda pelopor 2021 tingkat Provinsi Jawa Timur

JATIMNET.COM, Situbondo - Di tengah pandemi Covid-19 bermunculan kiprah pemuda dengan segudang ide kreatif. Seperti dilakukan Imelda Oktaviani, berusia 25 tahun, warga Desa Kalibagor, Kecamatan kota Situbondo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur Imelda menggagas “Situbondo Dream” dengan konsep kemandirian belajar.

“Mendidik adalah kewajiban setiap yang terdidik. Setiap yang terlahir wajib terdidik. Kami menawarkan merdeka belajar, merdeka mengajar dan pendidikan berkeadilan,” katanya, saat mempresentasikan “Situbondo Dream” di depan dewan juri pemuda pelopor Provinsi Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

Gagasan “Situbondo Dreams” ternyata mengantarkan Imelda masuk lima besar sebagai pemuda pelopor 2021 tingkat Provinsi Jawa Timur. Konsep pendidikan alternatif untuk mengurangi perilaku negatif di kalangan milenial berkembang cukup pesat. Melalui idenya tersebut Imelda berpeluang menjadi pemuda pelopor nasional 2021.

“Situbondo Dreams” bermula dari kegelisahan Imelda melihat banyaknya anak-anak seusia Sekolah Dasar (SD)  di desanya lebih banyak menghabiskan waktu bermain gadget. Seperti tak ada waktu lagi bagi anak-anak mendapat pelajaran tambahan karena sulitnya masuk bimbel (Bimbingan Belajar).

Baca Juga: Kepala OPD Terpapar Covid-19, Belasan ASN Pemkab Situbondo Dilakukan Tes Antigen

Imelda menginginkan anak-anak di desanya  itu mendapatkan akses pendidikan yang setara dan berkeadilan. Dari sinilah lahir gagasan “Situbondo Dreams”, wadah mirip bimbel khusus anak desa. Melalui “Situbondo Dream” anak-anak SD di desanya bisa mengikuti bimbel tanpa harus membayar uang karena cukup membayar dengan sampah organik.

“Situbondo Dreams” sudah berjalan hampir tiga tahun. Awalnya saya merasa prihatin melihat anak-anak tak dapat pelajaran tambahan dan tumbuh berkembang dengan gadget. Melalui “Situbondo Dreams” anak-anak di desanya sekarang bisa ikut Bimbel dengan cara bayar pakai sampah maupun hasil panen,” ujarnya.

Imelda mengaku sempat kesulitan mengembangkan gagasan itu. Sulitnya pendanaan menjadi salah satu penyebabnya. Imelda kemudian menjadikan “Situbondo Dreams” dengan konsep kemandirian finansial, melibatkan siswa membayar bimbel dengan sampah organik. Selain mengajari siswa peduli lingkungan, sampah organik diolah kembali menjadi berbagai kerajinan untuk biaya operasional.

Seiring waktu “Situbondo Dreams”  terus berkembang pesat. Semula, hanya berdiri di desanya, kini sudah ada di empat desa dan dua kelurahan. Jumlah siswa yang ikut bimbel bervariasi, mulai dari 35 orang hingga 100 orang perkelompok.

Baca Juga: Pasien Covid-19 Melonjak, Pemkab Situbondo Berlakukan Jam Malam dan WFH 50 Persen Bagi ASN

Untuk mendukung bimbel “Situbondo Dreams”, Imelda kemudian bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Dinas Lingkungan Hidup. Selain itu, Imelda juga bermitra dengan Turangga Institute Indonesia sebagai penyuplai buku-buku pelajaran sekolah.

Dinas Pendidikan yang menyumbang  tutor atau tenaga pengajar untuk bergabung dengan “Situbondo Dreams”. Para tutor tetap menggunakan metode merdeka belajar, merdeka mengajar dan pendidikan berkeadilan.

“Karena kami pendidikan informal system pembelajarannya dibagi dua yaitu kelompok kecil belajar menulis dan berhitung serta kelompok besar belajar tambahan mata pelajaran di sekolah. Materi lainnya soal lingkungan dan program sosial,” ujarnya

Imelda bersyukur karena idenya itu mendapat support Pemkab Situbondo. Bahkan Bupati Situbondo telah mengeluarkan SK agar “Situbondo Dreams” berdiri di seluruh pedesaan di Situbondo untuk membantu memberi pelajaran tambahan bagi anak-anak pedesaan utamanya di tengah pandemi Covid-19.

Baca Juga: Satgas Situbondo Kendalikan Sebaran Covid-19 Melalui PPKM dan Percepatan Vaksin

“Saya sangat mengapresiasi gagasan Situbondo Dream dan saya ingin berdiri di 132 desa dan 4 kelurahan di Situbondo untuk mencerdaskan anak-anak desa,” ujar Bupati Situbondo, Karna Suswandi.

Menurut Karna, gagasan “Situbondo Dreams” sangat tepat di masa pandemi. Saat ini banyak siswa tak bisa mengikuti pembelajaran menggunakan daring karena tak punya HP android. Metode bimbel “Situbondo Dreams” selaras  dengan visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati yaitu terwujudnya masyarakat  Situbondo Berjaya (Berakhlak, Sejahtera, Adil dan berdaya).

“Kami support gagasan ini karena kami ingin nantinya akan lahir Imelda-Imelda baru yang peduli terhadap kualitas sumberdaya manusia dan lingkungan,” ujarnya.